Pukul
enam lebih lima belas menit nada sms masuk di handphoneku bersamaan aku yang
sedang sibuk merapihkan kamar yang penuh buku dan barang lainnya selepas malam
mengerjakan tugas-tugas kuliah. Pesan masuk itu dari Mutiara Anggraeni yang
biasa aku sapa dengan nama akrabnya. Tia.
Assalamu’alaykum.
Ayu, hari ini Tia mau ke Bogor, nanti ketemuan
yah?
Pesan
singkat telah aku baca dan langsung ku reply.
Oke
siap.
Usai
merapihkan kamarnya Ayu bersiap-siap berangkat ke kampus dengan melahap dua
lapis roti tawar yang diberi beberapa tetesan vanila yang ia makan di kala
pagi. Karena jadwal yang terlalu pagi sehingga Ayu tidak sempat untuk membuat
nasi goreng yang menjadi makanan favoritnya.
Sepanjang
jalan menuju kampus IPB. Udara begitu sejuk dan terasa dingin sampai-sampai
jari-jari tanganku mengkeriput akibat tak tahan dinginnya yang sangat. Bogor
merupakan kota yang begitu rindang dengan banyak pepohonan dan suasana begitu
teduh. Apalagi jika kampus ini terkenal dengan kampus green. Mentari masih setengah menutupkan
dirinya.
***
Sekitar
pukul sepuluh Tia memanggilku dengan menandakan handphoneku bernyanyi yang aku
simpan di dalam ransel kecil berwarna hitam dengan volume kecil sehingga tidak
terdengar dengan keras oleh orang lain.
“
Assalamu’alykum, Yu nanti sekitar jam sebelasan lebih aku sampai di Bogor, kamu
ada kuliah ndak siangnya? Kalau
nggak ada, ntar kita makan bareng, aku traktir kamu deh.” Bujuk
Tia.
“Asyiiik...ditraktir
makan, kebetulan aku lagi laper nih Tia.” Kilah Ayu lewat telvon kepada Tia
dengan manja.
“
Emang belum sarapan?”
“Udah
siihh tapi cuma makan roti doang belum kenyang. Hehe..”
“
Oke siiip, ntar aku ajak kamu ke tempat makan yang paling enak dan oke.” Jawab
Tia dengan nada bercanda.
Usai
kuliah Ayu langsung menemui Tia yang sudah menunggu lama di kosan sekitar tiga
puluh menit sejak ia datang di bumi kampus IPB Dramaga tepatnya pukul dua belas
siang. Dramaga merupakan tempat dimana Ayu dan Tia menimba ilmu. Namun bedanya
Ayu yang baru saja masuk untuk melanjutkan studi S2 di Departemen Teknologi
Industri Pertanian Fateta dan alhamdulillah ia juga mendapatkan Program Beasiswa
Unggulan Kemendiknas selama dua tahun. Sedangkan Tia baru saja menyelesaikan
studi S1nya di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dengan gelar sarjananya yang
ia sandang sebagai mahasiswa lulusan terbaik di fakultasnya dengan indeks
prestasi cumlaude, pada wisuda tahap
gelombang lima di awal bulan Desember 2011. Alhamdulillah kini Tia telah bekerja
di sebuah perusahaan pangan yang terdapat di Jakarta Pusat. Akupun ikut bahagia
mendengarnya.
***
Sekitar
jam satu kurang sepuluh menit Ayu tiba di kosan “Pelangi Indah” dengan napas
terengah-engah saking terburu-burunya dari kampus untuk menemui sahabatnya dan
Tia pun menampakan wajahnya yang sumringah nan cerah. Walau langit hari ini
tampaknya tak bersahabat, cuaca gelap dan segera membasahi bumi dengan deras.
Namun tidak membuat mereka meng-cancel janjinya untuk makan
bersama.
“
Duh ma’af yah Yu, aku jadi merepotkan kamu lagi.” Kata Tia sambil senyum
memelas.
“
Nggak apa-apa kok Tia, aku malah senang kamu datang.” Akupun membalas senyumnya.
“
Dikirain kamu udah bosen, nggak mau mampir-mampir lagi.” Jawabku sambil sedikit
bercanda.
“
Hehe, bosen juga sih Yu, udah ahh...nggak usah dibahas. “ Pinta Tia kepada Ayu
dengan uring-uringan. Ada beberapa pengalaman yang membuat Tia bete dengan suasana kampusnya dan ingin
jauh-jauh dari kota Bogor atau orang mengenalnya dengan sebutan kota hujan atau
petir yang dahsyat. Aku kesini juga ada perlu kok sama kamu.” Ayu mendengarkan
keluhan sahabatnya dengan serius.
“
Emmh...baiklah.” Kita berdua saling berpandangan dan saling
memahami.
“Ohh...yah
aku numpang solat dzuhur dulu yah,”
“
Oke, silahkan masuk.”
Salam
Tia dijawab dengan anak-anak kosan “ Pelangi Indah”.
Selesai
solat Ayu dan Tia langsung on the way
ke rumah makan yang terkenal dengan masakannya yang super enak dan sering di
banjiri mahasiswa baik siang maupun malam selalu rame. Rumah makan tersebut
dengan nama “Bambu Wangi”. Selama perjalanan menuju Balio, Tia sedikit bercerita
tentang daerah Bogor walaupun sebenarnya tidak ingin bercerita lagi tentang kota
ini, karena saking sayangnya sama Ayu yang masih awam dengan daerah Bogor,
sehingga mau tidak mau Tia akhirnya pun bercerita. Menyesakkan memang kenangan
di Bogor selama penelitian. Ayu yang baru lima bulan menjadi orang Bogor harus
banyak tahu daerah yang menjadi aktifitasnya dalam keseharian. Terutama daerah
sekitar Dramaga yang dekat kampus IPB. Ada beberapa daerah yang terkenal disini,
diantaranya Radar, Berlin, Bara 1 sampai Bara 6, Bateng, Pangkot, Balio dan
lain-lain.
“Kosan
“Pelangi Indah “ termasuk daerah Bara Yu, disini ada makanan khas Bogornya juga.
Jadi nggak usah jauh-jauh ke wisata kuliner Taman Kencana atau Ekalokasari,
disini sudah cukup komplit. Diantaranya ada doclang, tauge goreng, soto kuning
Bogor, lumpia basah, dan masih banyak lagi. Apakah kamu sudah mencicipinya?”
Tanya Tia kepada Ayu sambil meninggikan alisnya. Tia berusaha menjelaskan lagi
tentang doclang. Doclang itu seperti ketoprak menggunakan bumbu kacang, tapi
bumbu sedikit kasar jadi nggak lembut tapi rasanya oke, enak banget deh, recommended terus dicampur dengan tahu
dan kentang sumber karbohidrat yang mengenyangkan pas banget untuk sarapan,
ketupatnya dibungkus dengan daun patat sehingga khas keharumannya. Harganya pun
relatif murah setengah porsi hanya lima ribu rupiah standar uang mahasiswa.
Gimana mau nyobain, pasti belum pernah yah?” Tia mengejak dan menawarkan.
“Yuk...
kapan-kapan kita makan di sana!” Ajak Ayu untuk makan bareng
lagi.
“
Jiaahh...ternyata benar belum nyobain.”
“Gimana
sih kosan dekat juga dengan pusat jajanan. Ehh... malah belum ngerasain juga.
Uuuhh...payah.”
“
Gue kan anak rajin suka menabung, jadi jarang banget jajan.
Hehe...”
Tia
masih terus menjelaskan pusat jajanan yang ada disekitar kampus Dramaga yang
dekat dengan kosan Ayu. Kalau tauge goreng itu bumbunya dari tauco, tetapi
untuk taugenya sendiri tidak digoreng tetapi direbus bersama mie hanya namanya
saja tauge goreng. Harganya hampir sama dengan doclang setengah porsi lima ribu
rupiah juga, udah bikin kenyang karena ditambah ketupat juga.
“Tapi
aku siihh.. lebih prefer doclang
dibanding tauge goreng Yu, karena tauge goreng rada sedikit asem rasanya”. Saran
Tia kepada sahabatnya.
Sedangkan
soto kuning Bogor dibuat dari kuah santan yang dibubuhi kunyit hingga kuning
warnanya. Isinya berupa daging dan jeroan. Setelah dilengkapi kecap manis,
irisan seledri, bawang goreng, dan daging lalu diberi kuah yang agak panas. Enak
banget rasanya apalagi dimakan pas cuaca hujan. “Emm...pasti nikmat.” Di tambah
emping goreng juga sebagai tambahan. Selain itu juga ada beberapa cemilan atau
oleh-oleh yang sangat khas dari kota hujan ini diantaranya keripik talas, lumpia
basah, roti unyil, dan asinan Bogor. “Sayang banget kalau kamu tanpa
mencicipinya dan membawa makanan khas Bogor untuk dijadiin oleh-oleh, kalau
pulang ke Cilegon.” Tia terus memamerkan makanan khas
Bogor.
Tapi
untuk asinan Bogor sendiri yang paling enak bisa di dapatkan di daerah BTM
(Bogor Trade Mall) tepatnya di Pasar Bogor. Dan dekat pula dengan Kebun Raya
Bogor sebagai study wisata. Atau di Ekalokasari sedangkan untuk pusat belanja
tas-tas ke arah Tajur sekitar satu jam lebih dari
Ekalokasari.
***
“Alhamdulillah
prediksi benar hujan datang menjelang senja. Yu kamu bawa payung nggak?” Tanya
Tia sambil menoleh ke wajahku.
“
Ada...ada, nih payungnya.” Ayu menyodorkan payung bluenya kepada Tia.
Lima
belas menit lagi nyampe di Balio. Akhirnya sampai juga di “Bambu Wangi “ dengan
design yang indah dan comfort.
Sejarah mengenai saung makan ini ternyata dirintis salah satu dari mahasiswa IPB
yang pada saat itu mendapatkan dana hibah untuk berwirausaha sehingga akhirnya
bisnis makanan ini berkembang cukup baik. Kita pun langsung ngebooking tempat
dan memesan makan yang sudah tersedia di daftar menu makan. Sembari lesehan dan
menunggu makanan datang, akupun membuka notebook untuk mengerjakan tugas
presentasi besok dengan bahasa
inggris.
“
Aku ngerjain tugas dulu yah Tia” Izin Ayu pada
sahabatnya.
“
Oke siiip.”
Usai
makan akhirnya kita berpisah. Tia pulang ke Jakarta dan Ayu back to kosan melanjutkan tugas-tugas
kuliahnya yang semakin hari semakin menumpuk walau terkadang berusaha untuk
tidak menumpuk tugasnya. Tapi kenapa selalu
menumpuk.
“
Makasih yah Tia untuk hari ini.” Senyum mekar diwajah
Ayu.
Tia
hanya menganggukan kepalanya sesekali dan senyum.
***
Hari
berikutnya adalah tanggal delapan Desember merupakan hari Milad temanku. Dia
adalah Kirana Sanggraimita. Biasa di panggil Mita. Usai kuliah Mita mengajak
kita pergi makan siang yang pastinya jauh dari kampus sekitar Bogor kota dekat
dengan Baranangsiang sebagai pusat terminal antar kota. Alhamdulillah batinku
dapat traktiran makan lagi. Kemarin ditraktir Tia, hari ini Mita. Subhanallah
rezeki yang tak disangka-sangka datang juga.
Rahayu
Tiara Putri nama lengkap Ayu. Baru lima bulan Ayu tinggal di daerah Bogor
tepatnya di Bara Dramaga. Ayu dan teman-temannya langsung hangout ke Bogor kota menuju BOTANY
SQUARE mall terbesar dan termewah di Bogor dengan jazz merah milik Echa. Hari
ini aku, Echa, Nina dan Sisi ditraktir di restoran termahal dan ternikmat oleh
Mita. Ini adalah pengalaman baru yang dirasakan Rahayu Tiara Putri karena
sebelumnya ia belum pernah merasakan makan ditempat semewah ini. Ini khusus
untuk orang-orang yang memiliki duit banyak. Beruntung rasanya bisa menikmati
rezeki yang Allah kasih dalam hati Ayu sembari beryukur dengan mengucapkan
hamdalah dibalik senyum kecilnya.
Ayu
tak henti-hentinya untuk bersyukur kepada yang Mahakuasa. Karena impiannya juga
untuk bisa melanjutkan S2 di IPB dapat dilaksanakan sejak harapannya dari
tingkat pertama S1 di Untirta. Ayu anak yang rajin dan cukup memiliki prestasi
yang dibanggakan selama di kampus S1nya di Untirta Banten ia aktif diberbagai
organisasi terutama bidang akademik. Salah satunya ia mewakili kampusnya untuk
ikut PIMNAS (Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional) di Malang UNIBRAW. Semoga S2 pun
bisa meraih prestasi yang sangat baik lagi. Semoga kesempatan ini yang terbaik
dari Allah Swt., untuk masa depanku, keluarga, agama dan bangsa Indonesia.
Aamiin Ya Robb, harapnya sambil berkaca-kaca dan menunggu kedatangan keluarganya
di Dramaga dua tahun lagi.
Dramaga,
12 Desember 2011