Materi ini saya dapatkan
dari murobbiyah saya, pada saat saya halaqoh, judulnya ketika disampaikan waktu
itu adalah “Agar Pernikahan Membawa Berkah”.
Judulnya subhanallah banget yah. Yang
belum menikah pasti penasaran dehh apa aja sihhh langkah-langkah menuju
pernikahan membawa berkah itu. Yuk disimak catatan ringkasan saya ini. Ternyata
ada tujuh point terpenting yang mesti kita pahami kawan, diantaranya yaitu:
Meluruskan niat/motivasi (Ishlahun
Niyat)
Benerlah
siapa yang ingin menikah maka luruskan niat kita dulu. Niat menikah tentunya
karena Allah SWT karena menikah adalah ibadah. Karena menikah juga merupakan
perintahNya. Coba kawan dicek dalam Al-Qur’an surah An-Nur ayat 32. “Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian
di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu
yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan
memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi
Maha Mengetahui” (QS. An-Nur : 32).
Oya
nikah juga merupakan sunah Nabi, jadi dalam proses nikah hingga pasca
pernikahan nanti kita wajib mencontoh Nabi. Contohnya ketika diawal memilih
pasangan hidup menurut Nabi hendaknya yang dipilih adalah agamanya, kemudian
pada saat walimatul ursy sebaiknya tidak berlebihan karena kita tahu Nabi
mengajarkan kita untuk selalu bersikap hidup sederhana (tidak boros) dan dalam
berumah tangga hendaknya kita membiasakan diri dengan adab dan akhlaq seperti
yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Begitu kawan. Setuju yah.
Sikap
Saling terbuka (Mushorohah)
Sikap saling terbuka
disini yang saya pahami adalah ketika sudah menjadi suami dan istri maka hal–hal
yang sebelumnya haram menjadi halal. Misalnya secara fisik kita sudah halal
untuk bersentuhan. Selain itu juga sikap saling keterbukaan ini dapat memupuk
sikap saling percaya (tsiqoh) diantara suami dan istri karena adanya rasa
keinginan saling mengenal satu dengan yang lainnya entah itu sifat kepribadian,
kebiasaan, kesenangan, ketidaksukaan sehingga suami/istri merasa nyaman.
Sikap
toleran (Tasamuh)
Sudah pasti ketika berumah
tangga suami dan istri memiliki kebiasaan, pemikiran yang berbeda-beda sehingga
akan timbul konflik/perdebatan dalam rumah tangga. Sehingga sikap toleran ini
sangat penting bagi kehidupan suami istri untuk mewujudkan keluarga yang tetap
harmonis. Dan dalam hal ini sikap toleran juga menuntut adanya sikap saling
memaafkan, yang meliputi 3 (tiga) tingkatan, yaitu: (1) Al Afwu yaitu memaafkan orang jika memang diminta, (2) As-Shofhu yaitu memaafkan orang lain
walaupun tidak diminta, dan (3) Al-Maghfiroh
yaitu memintakan ampun pada Allah untuk oran lain.
Komunikasi
Komunikasi ini sangat
penting karena dengan komunikasi katanya akan meningkatkan sikap saling cinta antar
pasangan. Komunikasi juga untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman. Karena
saya juga melihat beberapa keluarga yang tetap harmonis kuncinya adalah
komunikasi yang tetap terjaga dan tidak pernah putus hmm. Apalagi bagi suami
dan istri yang memiliki kesibukan masing-masing, sehingga dengan komunikasi ini
memberikan rasa perhatian, saling mendengar, dan memberikan respon. Zaman
sekarang komunikasi sudah cukup canggih bisa via telephone, email, whats app, skype,
dan sebagainya.
Oya point komunikasi ini
bisa mengingatkan kita kepada kisah keluaraga Ibrahim As. Dalam surah
As-Shaaffat ayat 102. “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha
bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata:
“Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah
apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.
(QS. As-Shaaffat:
102).
Ibroh yang dapat diambil
dari ayat tersebut adalah komunikasi timbal balik antara orang tua dengan anak.
Nabi Ibrahim mengutarakan pendapatnya dengan bahasa dialog bukan menetapkan
keputusannya sendiri, sehingga adanya keyakinan yang kuat kepada Allah, adanya
tunduk dan patuh atas perintah Allah dan adanya tawakal kepada Allah SWT,
sehingga Allah menggantikan Ismail dengan seekor kibas yang sehat dan besar.
Sabar
dan syukur
Yah, sabar dan syukur
dalam berumah tangga memang sangat dianjurkan. Pasalnya setiap ujian dalam
berumah tangga harus disikapi dengan rasa sabar seperti pada pasangan
suami/istri terdapat kekurangan/kelemahan sehingga perlu disikapinya dengan
sabar. Kemudian disikapi rasa syukur atas rezeki yang Allah berikan kepada
suami dan tidak banyak menuntut khusus untuk istri karena kebanyakan penghuni
neraka adalah kaum wanita, disebabkan istri yang kurang bersyukur terhadap
pemberian suaminya. Dan apabila kita bersyukur maka Allah akan melebihkan
nikmatNya lagi untuk kita. Bisa dilihat dalam firman Allah surah Ibrahim ayat
7: “Dan (ingatlah), tatkala Tuhanmu
memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah
(nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmatKu), maka sesungguhnya azabKu
sangat pedih" (QS.Ibrahim : 7).
Sikap
yang santun dan bijak
Sikap santun dan bijak
dari seluruh anggota keluarga dalam berinteraksi kehidupan berumah tangga ini
perlu dilakukan karena akan menciptakan suasana yang nyaman dan indah. Sehingga
suasana ini membuat penghuni rumah betah tinggal di rumah. Sebagaimana ungkapan
bahwa “Rumahku adalah Syurgaku” bukan berarti fasilitas yang lengkap dan rumah
tinggal yang luas akan tetapi ada suasana interaktif antar keluarga; suami
istri dan anak-anak yang penuh kesantunan dan bijaksana. Sehingga menimbulkan
suasana yang penuh keakraban, kedamaian, dan cinta kasih antar keluarga.
Oya sikap santun dan bijak
merupakan cermin dari kondisi ruhiyah yang mapan. Ketika kondisi ruhiyah
seorang itu labil maka ada kecenderungan bersikap emosional dan marah, karena
syetan akan mudah mempengaruhinya. Oleh karena itu Rasulullah SAW mengingatkan
kepada kita agar jangan mudah marah (Laa
tagdlob). Bila muncul amarah maka bersegeralah menahan diri dengan beristighfar
dan mohon perlindungan kepada Allah dengan (taawudz billah), bila masih merasa
marah maka hendaknya berwudhu dan mendirikan sholat. Karena sesungguhnya dampak
dari kemarahan sangat tidak baik bagi jiwa, baik orang yang marah maupun bagi orang
yang dimarahi. Oleh sebab itu dalam berumah tangga harus ada saling memaafkan
bila terjadi kemarahan dan Allah menyukai orang yang suka memaafkan.
Kuatnya
hubungan dengan Allah
Sudah pasti kalau kita
menginginkan rumah tangga yang tetap harmonis, hubungan kita dengan Allah harus
diperkuat, karena dengan begitu akan menghasilkan keteguhan hati (kemampanan
ruhiyah), sebagaimana dalam firman Allah disurah Ar-Rad’u ayat 28 “ (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati
mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” (QS. Ar-Rad’u : 28).
Rasulullah SAW juga selalu
memanjatkan doa agar mendapatkkan keteguhan hati : Yaa muqollibal qulub tsabbit qolbiy 'alaa diinika wa’ala thooatika” (Wahai yang membolak-bailikan
hati, teguhkanlah hatiku untuk tetap konsisten dalam dien-Mu dan dalam menta’atiMu).
Kedekatan kita dengan
Allah bisa dimulai dengan membiasakan dalam keluarga untuk melaksanakan ibadah
nafilah secara bertahap seperti tilawah, shaum, tahajud, duha, doa, infaq, matsurat, dan sebagainnya. Karena tanpa adanya kedekatan dengan Allah mustahil
seseorang dapat mewujudkan kehidupan rumah tangga yang bahagia.
Finish. Semoga
ringkasan saya ini memberikan banyak manfaat terutama bagi yang akan menikah atau
yang sudah menikah juga, hehe.
Syukron.
Bogor,
15 Juni 2013
Catatan
Alzena Valdis Rahayu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar