“ Ehhh ada Bu dosen. Masuk...masuk,” Vita mengejek Kirana saat
memasuki kelas. Kirana memasang wajah kesal dan mengepal kedua tangannya seakan
geram terhadap Vita. Semua orang yang ada di dalam kelas perkuliahan ramai dan
terbahak kecuali Rahayu yang selalu kalem dan lembut. Kirana memang berbeda
dari teman yang lain, dia cukup pendiam, serius, pintar namun kuper alias
kurang pergaulan, pakaiannya pun seperti ibu-ibu, membuat Vita asyik mengejek
Kirana seperti Ibu Dosen. Berbeda
dengan Vita anak yang gaul, modis, cantik, sayangnya kurang menjaga kalau
berbicara, sampai-sampai ada yang sakit hati dengan ucapannya itu, mungkin
Kirana salah satunya.
***
Hari Senin merupakan hari pertama masuk kuliah setelah aktifitas weekend. Di hari itu juga lagi-lagi teman
sekelasku menertawakan Kirana yang telat. Alasannya sama seperti
kemarin-kemarin kabar Kirana kesiangan, sehingga ia baru mempersiapkan tadi
pagi. Ajeng berusaha menjelaskan. Perkiraannya
sesampai dikampus jam delapan pas, ternyata Kirana terus berjalan seperti orang
balapan menuju gedung perkuliahan tanpa mengubris temanya memanggil, melihat
disekitarnya sudah pada sepi Kirana cemas pada dosen yang akan mengajarnya hari
ini, dia takut tidak diizinkan untuk masuk kelas oleh Bapak Ganteng karena agak
mirip Afgan. Beliau dosen muda. Nama sebenarnya pun sama Afgan, Pak Afgan dosen
favorite ruang lingkup jurusan Kirana, karena beliau baik dan disiplin apalagi
mata kuliah yang disampaikannya sangat menyenangkan, Matematika. Hmm. Masih berjalan
dengan gusah-gusuh dan tak melihat kebawah, pandangan lurus kedepan sambil
lirik jam tangan kanannya berwarna hitam itu dan sampai didepan kelas melihat
temannya yang masih ada diluar, Gery namanya.
“Kok nggak masuk?” Tanya Kirana pada Gery yang masih asyik
nongkrong sambil menghisap rokoknya.
“Masuk aja kalau berani?” Jawab Gery dengan senyum kecil.
“Duh gawat, ternyata sudah ada dosennya?”
“Pak Afgan,gitu loh, dosen terdisplin ”
“Gimana yah supaya kita bisa masuk?” Ajak Kirana.
Semua diam,
lalu Gery bilang “mau diusir kamu?”
“Ternyata mahasiswa yang ada di ruang kelas tidak semua masuk.
Hanya segelintir orang yang sudah ada disana?”ucap Kirana pelan setelah
menengok dari pintu.
“Iya tadi Pak Ganteng masuk setengah delapan kurang, teman-teman
yang lain termasuk gue setengah delapan pas nggak berani masuk. Akhirnya nunggu
diluar. “ Gery berusaha menjelaskan pada Kirana.
Pak Afgan
luarbiasa kedisiplinannya itu, apalagi gaya beliau cukup nyantai dan asyik bila
ngajar, dan wajib kita contoh terutama yang sering telat bakal rugi nggak
dengerin nasihatnya.
Masih
menunggu diluar, Kirana dan teman yang lainnya. Kirana orang pertama yang
memberanikan untuk masuk kelas dengan bismilah, akhirnya yang lainpun ikut
dibelakangnya.
“Assalamu’alaykum…Ma’af Pak terlambat,” Kirana dengan nada kecil
dan menundukan wajahnya kebawah. Mahasiswa yang telat lainnyapun
diminta alasannya.
“Sebenarnnya aku sudah datang ontime Pak!” tapi melihat pintunya ditutup,
aku nggak berani masuk. Semua yang lain sama alasannya dengan Gery.
“Emang kamu masuk jam berapa?”Tanya Pak Ganteng dengan cukup
tegas.
“Setengah delapan teng.”
“Tapi pas Bapak setengah delapan disini belum ada yang datang!”
Cuma seginian saja dari tadi, yah kan De?” Bapak menjawab dengan tegas dan
sedikit senyum.
Ada Rahayu
yang mencoba menjelaskan semua ini.
“Ma’af Pak tadi emang Bapak kecepatan masuknya, seharusnya pukul
setengah delapan kita mulai kuliah, tadi bapak mulai jam setengah delapan
kurang sepuluh menit, jadi teman menganggap Bapak sudah ada dari tadi dan
teman-teman tidak berani masuk karena pintunya tertutup. “ Rahayu menjelaskan
penuh benar.
“Apa mungkin jam yang dipakai Bapak berbeda dengan kita?” tambah
Rahayu.
“Yaiyalah jam Bapak warnanya hitam, kamu warnannya hijau,?”
Bapak sedikit bercanda.
“Baik disamakan.” Perintah Bapak.
“Sekarang pukul setengah sembilan lebih sepuluh menit bukan?”
“Bukan Pak tapi setengah sembilan pas Pak.” Mahasiswa kompak.
“Oh yasudah Bapak minta ma’af!”
Akhirnnya semua pada belajar termasuk Kirana yang beruntung,
dengan alasannya yang terlambat.
***
Mentari sudah menampakan senyumannya dihari selasa, aku masih
berselimut setelah sholat subuh tadi. Akhirnnya aku bangun sambil menyiapkan
teh hangat untuk kedua adikku yang hendak berangkat sekolah dan sambil memasak
nasi goreng. Semua buku aku persiapkan untuk kuliah hari ini,
aku berusaha misscall sahabatku Vita, agar tidak
terlambat kuliah, dia suka terlambat bila tidak ada yang ngingatin.
Mudah-mudahan saja Vita sudah bangun. SMS diterima.
Assalamu’alaykum.
Sudah bangun kok Yu. Thx dah
diingatin.
***
Pukul setengah delapan kami sudah ada dikelas dan sedang belajar. Tak..tik..tuk..suara
kencang sepatu menggangu kami belajar, tiba-tiba Kirana mengetuk pintu dari
luar. “Assalamu’alaykum!” Kirana memberi salam dengan
terburu-buru lalu duduk. Semua menjawab salamnya. Dan Vita kembali beraksi
dengan ocehannya.
“Ibu dosen kok telat sih.” Vita sambil melirik wajah Kirana
dengan senyum dan melihat ekspresinya. Padahal sudah sering banget Vita
ngejeknnya. Lagi-lagi Kirana diam dan tak berani untuk melawan.
Setiap ada
perkuliahan Kirana penuh keseriusan dan saking seriusnya membuat orang ingin
jahilinya. Siapa lagi kalau bukan Vita. Vita dengan jahilnya menulis kata dikertas
polos pink yang ucapannya. “Saya lapar belum makan dari kemarin!”. Padahal Vita
sendiri yang lapar ungkapnnya. Sampai kuliah usai Vita sengaja
tidak memberitahu ada kertas yang menempel dibelakang punggung baju Kirana,
Roky bilang dengan tersenyum malu “makan dong Kirana, kacian banget sih elo!”
Semua orang yang melewati Kirana berkata yang sama “Kacian
banget sih elo dari kemarin belum makan?” Gery sok perhatian sambil tertawa
kecil.
Tiba-tiba ada seorang cowok ganteng lewat di depan kelas
perkuliahan kami, dengan postur tubuh yang tinggi, hidung mancung, kulit
sedikit manis bila digambarkan seperti Ronaldo pemain sepak bola Eropa yang
memberitahu bahwa dibelakang baju kamu ada kertas?” Belum mengucapkan terima
kasih, cowok itu keburu pergi. Untung saja ada cowok tadi yang baik sama
Kirana, kalau enggak disangka aku benaran kelaparan.
“Thanks yah ganteng,” Ucap Kirana katanya.
Kirana tidak
mencari tahu siapa yang sudah ngusilin dirinnya dikelas tadi, tapi Kirana sudah
tahu jawabannya yaitu Vita anak yang jahil dikelas dan terlalu lebay.
***
Rahayu melewati rumah
Kirana sepulang kuliah. Melihat
rumah Kirana begitu besar dan mewah, disamping halaman terdapat garasi dengan
dua buah mobil merek terkenal tahun 2009. Ternyata memang Kirana anak yang
dewasa buktinnya saja dirumah dia sedang mengayomi adiknnya belajar. Aku senang
melihatnnya dari kejauhan yang ditutupi pepohonan dan tanaman hias
dihalamnnya. Kirana orang yang care dengan
kedua adiknnya dan bersahabat, namun sedikit kurang dari penampilannya yang
membuat orang ilfeel menedekatinnya. Dandanannya seperti ibu-ibu, mulai pakaian
sampai sepatu hitamnnya yang mengkilap dan kacamata yang dipakainya juga
seperti orangtua. Ayah dan ibunnya baik, dan sangat perhatian, lebih-lebih
Ayahnnya selalu menuruti apa yang dia mau. Subhanallah gumamku. Aku teman dekat
rumahnya juga sering diberitahu oleh Ayahnnya tentang informasi lowongan
pekerjaan karena aku memang butuh itu.
Aku sempat iri dengan kehidupan
Kirana, segala sesuatu dia punya dan dituruti seperti ratu istana didongeng.
Kebalikannya denganku. Buat beli buku kuliah saja aku sulit banget sampai
berbulan-bulan, merengeknya tapi itu dulu kalu sekarang tidak lagi, dipikir
lagi aku memang berbeda dengannya aku anak orang biasa, tapi ku ingin menjadi
luarbiasa, yang tak mau lagi menyulitkan orangtuaku, sudah saatnnya aku
mandiri. Aku ingin tunjukan pada dunia dengan perbuatanku.
***
Semenjak kejadian kemarin aku semakin semangat dengan azamku tidak
akan menyulitkan lagi untuk orangtuaku yang sudah banyak membantuku. Kini
saatnya Aku tunjukan kalau aku mampu dan dapat hidup bahagia atas karuniaNya.
Aku semakin rajin mensyukuri hidup.
Aku ingin menjadi penulis hebat dan terkenal seperti Mas
Golagong penulis novel Balada Si Roy, sehingga aku mulai banyak membaca,
seperti koran yang sedangku baca ini Radar Banten, “Beliau bilang jika kita
ingin menjadi penulis banyaklah membaca dan banyak pengalaman lalu tulislah
kejadian disekitar”.
Mudah-mudahan
dengan rajin membaca dan menulis impianku terwujud, Amin. Senangnya perasaan
Rahayu yang melihat tulisannya dimuat dikoran Radar Banten. Mahasiswi Untirta
ini senang sekali baru kali ini melihat tulisannya di muat di koran lokal.
Alhamdulillah ucapnya.
***
Jum’at bersih dari keirian hidup dunia, aku kekampus dengan
niat. Vita dan teman-temannya sedang duduk-duduk diluar kelas sambil menunggu
dosen Fisika, tak lama kemudian datang Kirana dengan langkah kaki yang lincah
seakan buru-buru dan menghindar dari omongan anak-anak yang masih nongkrong
didepan kelas. “Gimana
tidak seperti ibu dosen? Gaya penampilannya saja seperti ibu-ibu”, Vita
dihadapan teman se-genk. Ditambah bentuk tubuhnnya tinggi, gemuk, berkacamata,
dress code yang jadul, tas dan sepatu hitam mengkilap membuat orang ilfeel
menedekatnnya sehingga banyak yang bilang persis ibu dosen.
“ Tapi bagaimana juga dia adalah teman kita, kamu jangan over
dong Vit?”
“ Dia bukan dosen Vit, dia Kirana” Bela Rahayu sahabat se-genk
Vita.
“Kamu harus minta ma’af sama dia, apakah kamu sempat pikir kalau
itu kamu, gimana perasaan kamu dibilang seperti itu?”
Vita hanya diam dan sedikit menyesal dengan perlakuannya yang
berlebihan terhadap Kirana.
By. Alzena Valdis Rahayu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar