Bulan yang lalu tepatnya
tanggal 15 Juli 2012 hari ahad saya dan Bulek saya pergi ke Jawa Tengah untuk
menengok Embah yang sedang di opname di Rumah Sakit Palang Biru Kutoarjo. Saya
dan Bulek sampai di Kutoarjo sekitar subuh dan langsung ke Rumah Sakit. Disana
sudah ada Pakde yang sudah semaleman menunggu Embah di Rumah Sakit.
Alhmadulillahnya Embah sudah agak baikan ketika saya menjenguknya. Namun
tiba-tiba saja Embah jadi lemah kondisinya dan harus dirawat kembali di Rumah
Sakit yang ada spesialis jantung. Karena di Kutoarjo dokter spesialis jantung
tidak ada, akhirnya Embah dilarikan ke Rumah Sakit Bathesda yang ada di Jogja.
Pada hari itu juga saya menemani Bulek, Pakde untuk menemani Mbah yang sedang
sakit. Sampai di rumah sakit sekitar Magrib. Saat tiba di Rumah sakit saya
tercengang ketika masuk ke rumah sakit itu karena di dalamnya ada patung salib
yang malang melintang.
Usai dilarikan ke ruang
inap, saya dan Bulek kebingungan karena ruang tunggu yang disediakan untuk
keluarga pasien tidak memungkinkan untuk bermaleman di rumah sakit. Jadi saya
dan Bulek menginap di rumah Mbak Yayu yang rumahnya tidak jauh dari rumah sakit
tepatnya dekat shalter Tegalturi Jogja.
Suasana malam di Jogja
terasa berbeda, belum larut malam suasananya sudah terasa dingin dan hawanya
tenang tidak berisik dari gangguan kendaraan manapun walaupun tinggal di
kotanya. Jogja merupakan kota impian kedua saya setelah kota Bogor. Jogja
hampir mirip dengan kota Bogor karena suasananya begitu adem dan jauh dari
debu. Trayek angkutan umum di Jogja pun sudah sangat rapih, angkot yang ada
sangat jarang yang saya lihat di sini sehingga tidak macet seperti kota
Bogor. Kalau mau kemana-mana di sini menggunakan Trans Joga dengan membayar
tiga ribu rupiah. Dulu saya sudah pernah menginjakkan kaki ke Jogja tapi
beberapa tahun yang lalu ketika saya masih kecil. Kini merasakan kembali kota
Jogja. Mumpung masih di Jogja saya berniat ingin melihat kampus UGM yang
terkenal kebetulan tidak jauh dari tempat tinggal Mbak Yayu.
“ Mbak mau lihat kampus UGM
deh.”
“ Ohh belum pernah to, Ririn?”
“ Belum Mbak, hiks..hiks.”
“ Kasihannya. Oke besok
Mbak anter, setelah dari rumah sakit nengok Embah,”
Saya saat itu girang
banget, dan tersenyum lebar karena Mbak Yayu mau menemani saya ke kampus UGM
yang terkenal di Jogja sebagai kampus favorite.
“ Oke Mbak maturnuwun,”
Pukul delapan kami
berangkat ke rumah sakit Bathesda, dan langsung bertemu dengan Embah. Selepas
dari rumah sakit, saya dan Mbak Yayu on
going ke kampus UGM. Sekitar
pukul sepuluh saya dan Mbak Yayu sampai di kampus UGM dan jalan-jalan yang ada
di kampus tersebut dan kami mengunjungi Masjid UGM. Subhanallah indahnya Masjid UGM. Oya di masjid UGM
juga ternyata bisa digunakan untuk pesta walimahan loh, karena tersedia untuk
fasilitas itu. Hmmm. Masjid UGM terlihat sangat mewah didesain dengan art yang indah. Di sekitar masjid ini pun
ada taman dan air mancurnya. Saya pun berfoto-foto di sana, alhamdulillahnya lagi sepi,
jadi puas deh foto di masjid UGM, hehe.
Usai melihat bangunan mewah
yang ada di UGM, kami berlanjut jalan-jalan ke Keraton Jogja menggunakan Trans
Jogja, kemudian turun di shalter Malioboro empat. Setelah itu kami menggunakan
becak untuk keliling Keraton, museum kereta raja, dan sekitarnya. Usai itu kami
ke Malioboro karena ada yang bilang katanya belanja di Malioboro harganya
murah-murah. Emmh, itu sih yang pandai nawar and punya uang banyak menurut saya, kalau
nggak bisa nawar dan nggak ada uang tetap saja mahal. Huft.
Malioboro merupakan surga
cinderamata karena sepanjang jalanan disekitarnya banyak toko yang menjual
pernak-pernik cantik, unik, batik, emas dan permata hingga peralatan rumah
tangga ada semua di Malioboro. Oya hampir lupa selain toko
yang berjejeran yang ada di Malioboro, ada juga pasar tradisional yang namanya
pasar Beringharjo. Suasananya gaduh seperti pasar pada umumnya dan banyak orang
lebih interest untuk membeli kebutuhannya di
pasar itu, karena harganya bisa ditawar lebih murah. Selain itu juga banyak
jajanan makanannya. Puas deh kalau ada uangnya. Hehe. Kalau nggak bawa uang
hanya ngiler aja. Hiks.hiks. Sayang banget kalau nggak mampir.
Setelah lihat-lihat batik
di Malioboro, kami melanjutkan perjalanan ke Pabrik Bakpia Pathok 88, oleh-oleh
khas Jogja. Di sini tempat membuat kue Bakpia dan bisa langsung mencicipinya.
Subhanallah banget Pabrik Bakpia, karyawannya ramah-ramah saat saya datangi dan
bertanya-tanya tentang proses pembuatan bakpia. Harga memang nggak bisa
dibohongi walaupun harga lumayan mahal tapi memang kualitas rasanya sanagt
enak. Lagi-lagi kalau ada uangnya puas deh jalan-jalan ke Malioboro – Jogja.
Jogja, 21 Juli 2012
Pusat Oleh-oleh Khas di Jogja adalah Bakpia
Kondisi jalanan di Jogja cukup lancar
Ini karyawan yang sedang buat kue
Bakpia, saya langsung datang ke pabriknya.
Ini hasilnya sudah jadi bakpia
Ini hasilnya sudah jadi bakpia
Monomen sejarah Jogja yang dekat dengan Kraton Jogja
Di Taman Masjid UGM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar