Persahabatan itu bukan terletak pada pertemuan yang intens
Bukan pula pada manisnya ucapan dibibir
Tapi pada ingatan seseorang terhadap sahabatnya di dalam
do’anya
Mentari masih
bermalu-malu untuk menampakan sinarnya dibalik pohon mangga yang lebat dengan buahnya dihalaman
rumahku, ini pertanda hari masih belum beranjak siang. Namun ku niatkan untuk
datang lebih awal ke kampus tercinta yang ada di ibu kota Serang, UNTIRTA namanya. Usai
sarapan
nasi goreng yang aku buat aku pun siap-siap berangkat. Maklum baru semester
pertama aku
mesti disiplin, walau sebenarnya jam kuliahku pukul sembilan lebih sepuluh menit Dengan
bismilah aku pun beranjak dari rumah menuju perapatan jalan raya. Sesampai di
perapatan aku pun menunggu angkot silver menuju simpang. Maklum pagi begini banyak orang yang
beraktifitas terutama anak-anak sekolah dengan seragam SD, SMP, SMAnya, serta
yang kantoran pun banyak dengan tujuannya masing-masing. Alhamdulillahnya aku berangkat
lebih awal jadi tidak takut untuk telat datang ke kampus, senyumku pagi ini.
Sesampai di Damkar aku pun berhenti untuk melanjutkan naik Bus menuju kampus.
***
Sepanjang perjalanan
aku menikmati pemandangan yang begitu indah di sebelah kiri kaca, pemandangan yang begitu
sejuk, dengan penuh warna kehijauan yang menjulang tinggi keatas yang masih
keliahatan fresh, sungguh
menyenangkan saat aku berada di dalam bus. Langit yang biru pun sangat cerah
dan bersahabat untuk tidak membasahi bumi, walau seharusnya turun hujan sesuai
dengan prediksi cuaca diberita. Hatiku mengucap syukur atas nikmat Yang telah
Allah berikan. Tidak lupa aku pun menuliskan kejadian hari itu di dalam diaryku
yang
marun dengan penuh coretan warna-warni tinta.
***
Sesampai di UNTIRTA. Aku melihat banyak orang
yang lalu lalang, tepatnya di depan pintu gerbang utama. Namun ada juga yang
masih nongkrong dihalte, ada yang sibuk jajan di kantin depan, dan juga ada
yang masih santai di depan gedung perkuliahan. Memang benar dunia kampus berbeda
dengan dunia SMAku dulu. Fadia termangu sejenak di depan gedung perkuliahan,
sempat terlintas akan nasihat orang tuanya. ”Kuliah yang benar ndok jangan sampe kecewain orangtua”.
Aku akan buktikan kalau kuliahku ini benar dan kalau bisa punya prestasi segudang. ”Ya Allah
kabulkan harapan, cita-cita dan doa orangtuaku ini, aamiin”. Aku pun menjadi semangat menuju kelas perkuliahan
yang sudah ada di jadwal agendaku hari ini.
Pukul delapan pas aku
mulai masuk gedung kuliah, ternyata ruangannya masih dipakai dengan kelas lain,
jadi aku duduk di saung dekat pusda info depan fakultas pertanian, sambil
menunggu jam sembilan lebih sepuluh menit aku pun ikut duduk disana. Ternyata
beginilah kuliah, aku semakin sedikit tau, gumam hatinya. Ketika mau duduk, aku
sempat terkejut ada yang memanggil namaku dari arah belakang, padahal aku
belum begitu banyak teman di sini. Aku pun mencari suara itu. Ternyata Azizah
teman SMA ku dulu, aku sempat tercengang dengan penampilannya yang sekarang,
benar-benar bukan Azizah yang aku kenal selama ini, ia sekarang berbeda
semenjak masuk kuliah saat ini. Sepengetahuanku ia anak Rohis, bahkan semua
orang sangat admire terhadapanya karena
kecerdasannya serta pandai dalam
bergaul dengan siapapun. Aku pun sempat dekat dengannya di Rohis. Semoga Allah
memberikan petunjuk
untuknya.
Sedikit berbincang dengan
Azizah ternyata jam orange yang ada di
pergelangan tangan kananku menandakan pukul sembilan lebih sepuluh menit
berarti aku harus segera masuk ruang perkuliahan dan meninggalkan Azizah yang berubah dengan
penampilannya.
”Zizah, aku duluan
yah. Assalamu’alaykum!” Fadia sambil terburu-buru.
***
Sebelum dosen masuk ke
kelas aku berkenalan dengan teman duduk sebelah kananku. Nama teman sebelahku
bernama Kamelia, dia memakai jilbab yang rapih dan memakai rok panjang, aku
sangat senang melihatnya dan teman-temanku yang lain juga sangat ramah aku jadi
betah di kelas ini. Hari pertama kuliah sungguh menyenangkan. Senyum manisku
untuk Kamelia.
Kemudian Kamelia yang
berjilbab ungu muda itu mulai mengajakku mengobrol.
” Oya, Fadia, alasan
kamu kuliah disini apa sih kalau boleh tau?”
” Mmh, apa yah mungkin
karena yang pertama dekat. He..he..he”. Fadia sambil bercanda.
” Ahh, kamu ini
bercanda lagi, aku serius nih.”Kamelia tegas.
” Baiklah aku serius.”
Sambil menatap Kamelia.
Akhirnya nama lengkap
Fadia Zahrah menceritakan sebenarnya kepada Kamelia.
” Niatnya sih sewaktu
lulus SMA aku ingin banget kuliah di Kota kembang di UNPAD ngambil Biologi
murni, karena sejak SMP aku senang banget pelajaran Biologi, berhubung jauh,
jadi aku tidak diizinkan oleh orang tuaku untuk kuliah diluar kota. Menurut
beliau biaya hidup disana cukup mahal dibanding disini, jadi mungkin ini sudah
jalanku takdirku. Bersyukur saja apapun yang Allah berikan pasti yang
terbaik.”
” Aamiin.”
” Berarti sama dong
kaya aku.” Sambil tersenyum Kamelia.
”Ada dosennya!” Salah
satu temanku yang tadi duduk di luar memberitahu teman-teman yang ada di dalam.
”Ssst !” Kamelia pun
memberi kode untuk tidak berisik.
Pembicaraan aku dan
Kamelia terputus setelah dosen memasuki ruang perkuliahan.
***
”Baiklah, sekarang
Bapak tidak memberi materi tetapi sekarang perkenalan saja dan kontrak
belajar.” Pak Dosen itu mulai mencoret-coret papan putih yang ada didepan.
Usai menerangkan kontrak belajar, pak Dosen
dengan kacamata gaulnya itu pun pergi meninggalkan kita yang ada diruangan.
Berarti jam kuliah pertama usai.
Kemudian pembicaraan
yang sempat terputus dilanjutkan lagi.
”By the way, kamu mau masuk LDK tidak?” tanya Fadia sambil melihat
wajahnya Kamelia.
Kamelia mengangguk
menandakan, dia juga akan ikut.
”Kalau gitu kita
langsung kesana saja, gimana?” Ajak Fadia ke tempat Stand LDK.
Aku dan Kamelia juga
ingin bertanya-tanya tentang LDK.
”Aku tertarik dengan
kegiatan LDK karena saat itu aku juga pernah mengikuti Rohis di SMA jadi
kegiatannya bagus tentang keislaman gitu.” Ucap Kamelia.
”Aku juga sudah
berniat untuk memperkaya ilmu keislaman disini.” Gumam Fadia. Setelah di depan
masjid aku menemukan dua kakak tingkat yang sangat ramah, baik dan meladeniku
saat aku dan Kamelia bertanya di stand pendaftaran.
”Baik kalau Fadia dan
Kamelia ingin masuk LDK sangat mudah tinggal mengisi formulir ini dan infaq
pendaftaran saja.” Teteh itu sambil senyum kecil.
” Ok teh aku dan
Kamelia mau formulirnya,” Usai mengisi formulir itu aku dan Kamelia sambil
pamitan dengan teteh yang bejilbab coklat muda dan putih bunga-bunga, akupun
mengucapkan terima kasih dan langsung duduk diteras masjid sambil menunggu
adzan dzuhur berkumandang.
” Terima kasih teh,”
aku dan Kamelia meninggalkan stand.
” Sama-sama,” teteh
itu tersenyum.
Di akhiri dengan
salam.
***
Suara adzan memanggil,
pertanda waktu dzuhur tiba, aku dan Kamelia langsung bergegas mengambil air
wudhu dan aku pun langsung memakai mukena putih yang ku bawa dari rumah. Di dalam
barisan perempuan yang paling depan aku menunaikan perintah-Nya. Usai solat
berjamaah aku melihat sosok akhwat
dengan jilbab yang lebar sambil tersenyum dengan wajah yang bersinar dan
tatapan matanya yang begitu sayu, kemudian aku balas tersenyum kepadanya. Aku
sedang duduk santai di dalam masjid selepas berdoa. Dia menghampiriku dengan
salam.
”Assalamu’alaykum,
namanya siapa?” Sambil menyodorkan tangan kanannya.
”Wa’alaykumsalam.
Fadia.”Jawabku.
”Nama Mbak siapa?”Aku
balik bertanya sambil menunggu jawaban.
Dia pun menjawab ”Nama Mbak, Suci,”
” Namanya cantik
seperti orangnya,” Fadia memuji.
” Bisa saja nih Fadia.
Terima kasih,” Mbak Suci sambil senyum lebar.
” Nama kamu juga
bagus,”
” Ohh ya, terima kasih
Mbak.”
” Yuk, duluan,
Assalamu’alaykum,” Mbak Suci pamitan untuk masuk kuliah.
***
Sejak hari senin
kemarin sampai hari jum’at ini aku sudah aktif kuliah. Mata kuliah favoritku
adalah Fisiologi Tumbuhan ditambah dengan dosen yang friendly membuatku jadi asyik kuliahnya. Alhamdulillah sudah lima
hari ini kuliah berjalan lancar. Bahkan aku punya target untuk dapatin IP
(Indeks Prestasi) cumlaude semester
ini. Mudah-mudahan tercapai aamiin ya Allah.
Jum’at sore ini pukul empat lebih sepuluh
menit aku mengikuti acara Tekmit MAPAN TA’AT di Mesjid kampus dan esoknya rihlah
ke Pantai Anyer. Gerimis pun tiba dengan suasana yang dari tadi mendung dengan
penuh abu-abu, akhirnya butiran-butiran
kecil itu menetes ke bawah genting dengan membasahi tanah, aku merasa
kedinginan saat itu walau sudah mengenakan sweater. Saat aku memandang ke arah
pintu aku melihat sosok yang baru aku kenal. Ternyata aku mengingatnya, dia
adalah Mbak Suci.
” Assalamu’alaykum,”
sambil bersalaman dan senyum.
” Wa’alaykumsalam,
waduh kehujanan nih Mbak Suci.”
” Ya, tadi tiba-tiba
saja hujan, pas keluar kuliah,” cerita Mbak Suci yang selesai kuliah sore itu.
” Nitip yah Fadia,
Suci mau wudhu”
”Oke,”
Usai solat ashar Mbak
Suci langsung mendekati aku dan bertanya. ”Acara MAPAN TA’AT yah?”.
” Benar Mbak ,”
” Jangan Mbak dong,
Suci saja kan saya juga baru masuk. He..he” Suci protes.
” Ohh
dikirain...baiklah, kalau begitu,” Fadia menatap Suci penuh canda.
” By the way, kamu ikut juga yah?” tanya Suci.
”Ya ikut
dong...ngapain aku disini kalau nggak ikut. He..he,”
” Mbak Suci juga ikut kan?”
”Insya Allah ikut,” keduanya
saling tersenyum lebar.
***
Marun, aku ingin menuliskan sekelumit pengalamanku di
kampus bersama sahabat.
Di awal pertemuannya ketika itu, di masjid kampus tercinta
sampai hari ini aku selalu tersenyum akan kehadiran Suci sahabat yang paling ia
sayang. Indahnya persahabatan yang kita jalin walau amanah yang berbeda namun
hatiku tetap selalu ada untuknya, tidak tahu kenapa hatiku ingin berkata aku
sangat menyayanginya karena Allah. Dari sinilah aku mengalami perubahan
kehidupan cukup drastis kearah yang baik karena kehadirannya, syukurku
kepada-Nya. Kadang aku sempat bertanya-tanya dan tidak menyangka atas yang
terjadi denganku? aku tetap semangat berada di jalan ini. Jalan cinta para pejuang ngutip kata-kata Ustadz Salim A
Fillah. Jalan yang membawa aku
untuk selalu mengingat Allah SWT dan mengikuti ajaran-Nya. Sehingga aku pun
bisa selalu tersenyum dan bahagia kepada-Nya.
Pertama kali
mendapat aduan atas kebahagianku, kesedihanku, kegalauanku,
kekecewaanku adalah Suci sahabat yang paling dekat untuk dijadikan berbagi
diantara sahabat-sahabatnya yang lain. Fadia selalu meminta saran terbaiknya,
walau sudah curhat sebelumnya kepada Allah.
Sahabat yang tulus adalah saling mensuport, saling
mendo’akan, saling mengingatkan, saling menyayangi, dan saling memberi apapun
yang ia miliki untuk sahabatnya. Tak lupa juga akupun menulis dalam diary
kesayanganku merah marun setiap kejadian dan pengalaman bersama
sahabat-sahabatku yang lain.
Sahabatku, aku sangat menyayangimu sampai kapanpun dan
semoga persaahabatan kita akan terus langgeng. Kau adalah sahabat terbaikku. Semoga Allah mempertemukan kita di SurgaNya
kelak. Aamiin.
Keep Spirit and
Istiqomah sahabatku!!!
Bogor, 15 April 2012
By. Alzena Valdis Rahayu