Jam dinding kamarku menandakan pukul tujuh kurang tiga puluh
menit aku langsung bergegas menuju stasiun UI Depok, usai menghabiskan dua roti
tawar kesukaanku dengan selei strowbery dilengkapi
pula segelas susu coklat manis. Aku dengan buru-buru mengenakan sweater marun
untuk melindungi dari dinginnya suasana pagi di Dramaga dan tas slempang yang
belum di resleting saking terburunya. Alhamdulillahnya
barang berhargaku tidak jatuh yaitu Al-qur’an, handphone, dan dompet.
Agenda berkumpul dengan penulis di Depok tepatnya di
Perpustakaan UI baru bersama Bunda Helvy Tiana Rosa. Penulis hebat yang aku
kagumi sejak aku duduk dibangku SMA hingga kini dengan karyanya yang luarbiasa
menginspirasi banyak orang, salah satu karyanya beliau adalah “Ketika Mas gagah
Pergi dan Kembali”. Sebuah cerita inspiratif remaja yang sempat fenomenal di
tahun 1990-an. Ceritanya membangkitkan semangat bagi pelajar dan mahasiswa
untuk mendalami islam lebih dalam lagi.
***
Sesampai di stasiun Bogor, aku membeli tiket commuter line dengan
tujuan Depok. Disepanjang perjalanan aku menikmati pemandangan indah dengan
tasbih, dan tahmid. KenikmatanNya yang tak terhingga. Ternnyata nikmat-nikmat
yang Allah berikan lebih banyak dibandingkan ujianNya. Sungguh beruntung diriku
karena selalu diberikan kecukupan sama Allah walau terkadang aku juga sering
banyak melupakan dan mengeluhnya. Astagfirullahaladzim, ma’afkan
hambamu ini Ya Allah. Suasana di stasiun sungguh crowdeed tidak
penumpang melainkan juga penjual yang lalu lalang memamerkan dagangannya agar
dibeli. Begitu juga pengamen yang silih bergantian dengan lagu-lagunya yang
cukup populer dikalangan muda saat ini. Sambil mendengarkan pengamen bernyanyi,
aku teringat surah Ar- Rahman dengan beberapa ayat yang diulang di
dalamnya "Fabiayyi
alai rabbikuma tukadziban". Maka nikmat Tuhan kamu yang
manakah yang kamu dustakan? Salah satu
surah yang mengingatkan kita bahwasanya Allah
selalu menunjukkan akan kebesaran dan nikmatNya kepada kita yang tak terbatas. Namun kebiasaan manusia seringnya melupakannya.
Muhasabah di pagi hari.
Mengingat kembali kenikmatan yang Allah berikan kepadaku,
alhamdulillah aku bisa mengenyam pendidikan di Bogor. Karena Bogor merupakan
kota impianku sejak dulu, alhamdulillah disini bisa belajar bersama
saudara-saudaraku yang lainnya. Begitu banyak hikmah kehidupan yang aku
dapatkan disini. Seperti saat ini di gerbong kereta yang aku tumpangi bersama
saudara-saudaraku yang lain diantaranya ada yang hidupnya berkecukupan, kurang
mampu, ada yang sehat, sakit, muda, tua, wajah cantik, tampan, hidung mancung,
pesek, dan sebagainya makhluk Allah berkumpul disini. Indahnya pengalaman
hidup. Hidup ini saling melengkapi satu sama lain. Semua makhluk ciptaanNya
pasti memiliki kelemahan dan kelebihan sehingga kita tidak bisa hidup tanpa
bantuan orang lain, maka kita dianjurkan untuk saling berbagi, saling memahami,
menghormati dengan saudara kita.
***
Pilu sekali ketika melihat seorang nenek dengan berpakaian
sopan, mengenakan jilbabnya yang sudah tak rapih lagi dan membawa tongkatnya
sebagai penuntunnya ia jalan. Karena pengliatannya sudah tidak berfungsi
lagi, subhanallah.
Saat itu juga melihat Bapak-bapak yang kehilangan kaki kanannya, anak kecil
yang masih ingusan tengah sibuk mencari uang dengan menjual koran,
dan masih banyak lagi yang aku temui disini dengan keadaan yang sangat-sangat
memperihatinkan. Tanpa sadar mataku berkaca-kaca melihat kondisi di sekitar.
Aku pun memberanikan diri untuk menyapa nenek yang aku temui langsung di dalam
gerbong kereta.
Diawali salam dan senyum hangatku untuk nenek tersebut.
“Wa’alaykumusalam Warromatulloh.” Jawab Nenek.
Aku pun langsung menanyakan lebih lanjut kepada Nenek yang
saat itu mengenggam erat tongkat yang ia pegang.
“ Nenek mau kemana?” Tanyaku penasaran.
“ Nenek mau pergi pengajian di Bojong Gede Neng.”
“ Masya
Allah...sendiri saja Nek?”
“ Ya.” Jawab Nenek dengan tersenyum.
Subhanallah aku
jadi malu sendiri. Hiksss, melihat Nenek yang sudah renta dengan jalan saja
mesti dibantu dengan tongkatnya namun masih semangat untuk datang pengajian.
Kita yang masih muda, terkadang masih hitung-hitungan. Ada yang masih tidak
ikhlas untuk datang ke majelis ilmu atau halaqoh dengan alasan masih banyak
tugas, amanah yang belum terpenuhi, ada janji yang belum ditepati dan segudang
alasan lainnya. Mudah-mudahan kita bisa ambil ibroh dari kisah Nenek ini agar
kita lebih bersemangat lagi untuk datang mencari ilmu. Mendekati stasiun Bojong
Gede aku menuntut Nenek untuk keluar dari gerbong kereta. Kemudian aku masuk
lagi untuk meneruskan perjalananku ke UI Depok.
Kuncinya adalah bersyukur
Jadi teringat kejadian temanku kemarin, apakah temanku itu
termasuk orang yang kurang bersyukur, saat dia memiliki handphone dengan feature yang
paling lengkap dan keren diantara handphone yang lainnya, sebut
saja Blackberry. Ternyata
beliau tidak cukup puas dengan handhpone tersebut,
akhirnya beliau memburu handphone dengan
merk yang sama namun beda tipe. Apa yang terjadi kawan??
Innalillaahi wa inna ilaihi raaji’uun. Petang itu aku dapat kabar bahwa temanku mengalami
kecelakaan di sekitar Mall terbesar di Bogor Kota. Dan yang membuat aku sedu
lagi beliau harus diamputasi salah satu jari kaki kanannya akibat kecelakaan
tersebut. Sangat sedih dan cukup tidak percaya dengan skenario Allah. Hikmah
semua ini adalah bahwasanya, kita harus mensyukuri apa yang kita miliki. Mari
kita terus untuk memperbaiki niatan kita dan mensyukuri nikmat yang sudah Allah
berikan kepada kita, baik nikmat iman, nikmat sehat, nikmat ilmu, nikmat rejeki
dan sebagainya wajib untuk selalu kita syukuri setiap waktunya. Bukankah dengan
besyukur maka nikmat kita akan di tambah?
Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah
(nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmatKu), maka pasti azabKu
sangat berat (Surah Ibrahim ayat 7).
Semoga kisah tadi dapat menjadi pengingat kita menjadi
pribadi yang selalu bersyukur atas apa yang telah Allah berikan kepada kita. Kisah
ini diambil dari pengalaman teman.
Dramaga, 3 Mei 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar