“Aku takut jatuh cinta lagi”, gumamnya
sambil memandangi pohon yang begitu rindang disalah satu jalan yang aku tapaki menuju kampus
bersama sahabat.
“Akhir-akhir ini kenapa aku sering mambayangi
wajah beliau. Perasaan yang sulit untuk dihilangkan, memang ini fitrah dari
Allah, aku hanya tunduk dan malu ketika bertemu disaat beliau dihadapanku.
Entah untuk menanyakan amanah atau sekedar tugas kuliah. Ya Allah mohon
dilindungi hati ini agar tetap selalu terjaga dari perbuatan yang tak
diinginkan olehMu.
Cinta adalah hal yang pasti, walau susah untuk didefinisikan. Tapi
setiap orang di dunia ini pasti memiliki cinta. Sebab cinta itu adalah fitrah.
***
Serunya pagi
itu aku dan sahabatku yang ada di kosan bersama Ochi, Patma, Eka, Amel, Siti,
dan yang lainnya jalan-jalan pagi disekitar kampus. Pagi ini kampus cukup crowded. Karena
banyak orang yang melakukan olahraga seperti; senam, badminton, voli, dan ada
juga yang sekedar nongkrong atau jalan-jalan sehat seperti aku dan sahabatku
lakukan. Usai olahraga aku dan Ochi pergi ke toko Agro membeli bahan-bahan
masak. Bahan-bahan masaknya disesuaikan dengan selera kita hari ini. Hari ini
kita membeli cumi, tempe, wortel, kembang kol, buncis, dan bumbu masak seperti
bawang merah, bawang putih, cabe, merica, garam, dan sebagainya. Kegiatan masak
dilakukan sesuai dengan jadwalnya hari ini kebagian aku dan Ochi. Usai belanja
aku dan Ochi memulai sibuk di dapur yang sudah disediakan berbagai alat masak.
Sungguh nikmat rasanya jika memasak sendiri.
Aku mulai mencandai Ochi yang hendak menikah di bulan Juli.
“Belajar untuk masa depan yah Chi.”
Ochi pun tersenyum dan mengatakan ,” Ya dong supaya nggak
malu-maluin kalau ditanya dengan suami kita nanti. He..he”
“ Semoga bentar lagi kamu pun menyusul aku.” Ochi berharap dengan
sangat sambil menatapku.
“ Aamiin,”
“Tunggu saja ya Rin, Insya Allah, Allah akan memberikan yang
terbaik untuk hambanya yang selalu sabar dan terus meminta.”
“ Insya Allah, sambil balas dengan senyum manis.
Usai masak aku langsung membuka buku-buku yang ada di laci meja
belajar. Dan saat itu juga aku menuliskan curhatan ku dalam buku yeng bergaris
dengan tinta merah muda di lembaran yang hampir penuh dengan coretan.
Green aku ingin
curhat.
Hari selalu berganti, bulanpun demikian, sampai
tahun baru lagi. Aku sedang galau mengapa perasaanku dengannya begitu cepat
untuk saling akrab. Padahal aku baru disini, di kota hujan, kota impianku.
Setelah aku lulus S1 alhamdulillah aku
melanjutkan S2 dan Allah memberikan kemudahan untuk aku. Bersyukur aku denganNya di kota Impian ini banyak knowledge baru yang aku dapatkan disini. Maha
benar firman Allah dalam surah Ar-Rahman “ Nikmat mana lagi yang kamu dustakan”.
Namun mengapa aku selalu membayangi wajahnya
disetiap aku melakukan aktivitas tanpa disadari aku memikirkannya. Ya Robb
tolong lindungi aku, karena Engkau yang memberikan cinta dan Engkau Maha
Mengetahui apa-apa yang baik untukku. Jika memang beliau yang terbaik untukku
maka mudahkanlah jalannya.
Saat menuliskan
diary. Dari luar pintu kosan ada yang mengucapkan salam. “ Assalamu’alaykum,
Rin,”
“ Wa’alaykumusalam...,”
“ Ayo berangkat!!”
“ Berangkat kemana ?”
“ Emang kamu nggak dapat jarkom yah dari Mbak?”
“ Ndak nyampe tuh,”
“ Astagfirulllah, afwan.”
“ Kayanya aku yang disuruh nyampein pesan ini ke kamu”
“Emmmh.”
“ Ehhh,,yah berangkat kemana dulu nih?”
Udah nanti juga tau, pokonya aku disuruh Mbak jemput kamu, kamu
pake pakaian rapih yah. Maya sambil tersenyum, saudara baruku di halaqoh ini
agak aneh sekarang.
“ Oya Ochi koq nggak di ajak yah?”
“ Ochi mah nggak, ini spesial untuk kamu,”
Aku semakin penasaran, dan diam-diam aku tanya sama Ochi. “Ada apa
sih Ochi?”
“Nggak tau aku,” Jawab Ochi dengan senyum.
Haduehhh perasaanku kok semakin gak enak yah May. “Maya tolong
jelaskan dulu ada apa?”
“Oke nanti aku jelaskan sambil jalan yah,” Maya sambil senyum dan
aku terus penasaran.
***
“Aku mau di
ajak kemana sih, BT ahhh”
“ Masjid Al-Hurriyah. Tenang yah Rin.” Sambil menatap
wajahku dengan senyum dan canda.
“ Yehh tenang gimana, kamu katanya mau jelasin ke aku, ayo
jelaskan?” Rindu menagih janjinya Maya.
Afwan yah Rin sebelumnya aku tidak memberitahukan hal ini kepada
yang lain termasuk Ochi dan Aku kira Mbak sudah membritahukan ke kamu ternyata
belum yah, apa mungkin sengaja aku yang disuruh menjadi perantara kamu dengan
beliau. Tapi insya Allah Mbaknya hari ini juga datang.
“Maksudnya aku di kenalin sama seorang ikhwan,”
“ Yupz..yupz.. begitu,”
“ Haduehh kamu kenapa nggak bilang sihh?”
“ Aku jadinya nervous banget nih.”
“ Koq bisa sih ikhwan itu ingin kenalan sama aku?”
“ Lohh kamu kan sudah menerima CV beliau bukan?”
“ Emmmh, kamu jadi tau deh.” Rindu jadi malu.
“Sudah-sudah, pokonya nanti aku temani kamu.” Oya Mbak nyuruh
kamu, karena kamu sudah pengalaman, heheh.
“ Kamu ini ada-ada saja.”
“ Ya iyalah, kamu kan sudah melewati tahap ini dengan suamimu. He..he”
“Huffft, oke..oke,”
***
“Sesungguhnya
amal-amal itu tergantung dari niat. Dan setiap orang akan mendapatkan balasan
sesuai dengana apa yang diniatkan.” (HR. Bukhari dalam kitab shahinya). Hadist itu dibacakan oleh
sahabatku Maya. Jadi kalau kamu bisa menerima karena Allah maka kamu pun akan
mendapatkan pahala sesuai dengan apa yang kamu niatkan.
“ Kamu sudah siap Rin?”
“ Sebentar lagi nyampe,”
“ May aku insya Allah sudah siap,”
Senyum mekar diantara mereka berdua.
Sampai di Al-Hurriyah. Mbak sms aku.
“Assalamu’alaykum, Ukhty di mana?”
Ditunggu di Masjid Al-Hurriyah ruang Abu Bakar,”
“ Baik Mbak sebentar lagi nyampe,”
Da-dig..dug..jantungku semakin keras bunyinya. “Maya Semoga Allah
memberikan yang Terbaik yah.”
“ Aamiin. Orang tua sudah setuju bukan kalau kamu akan menikah?”
“ Insya Allah.”
“Jadi kalau ini cocok maka diteruskan untuk tahap yang serius.”
Pesan Maya padaku.
“ Baiklahh.” Senyumku mengembang dengan manis.
Sesampai di dalam ruagan akhirnya aku di proses untuk ta’aruf
dengan beliau. Hatiku berbunga di Masjid Al-Hurriyah.
Cinta bukan sekedar
ucapan, cinta bukan sekedar pemberian. Namun cinta membutuhkan pengorbanan dan kesetiaan.
By. Alzena Valdis Rahayu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar