Kamis, 17 Mei 2012

Menunggu di Dramaga


Pukul enam lebih lima belas menit nada sms masuk di handphoneku bersamaan aku yang sedang sibuk merapihkan kamar yang penuh buku dan barang lainnya selepas malam mengerjakan tugas-tugas kuliah. Pesan masuk itu dari Mutiara Anggraeni yang biasa aku sapa dengan nama akrabnya. Tia.


Assalamu’alaykum. Ayu, hari ini Tia mau ke Bogor, nanti ketemuan yah?

Pesan singkat telah aku baca dan langsung ku reply.

Oke siap.

Usai merapihkan kamarnya Ayu bersiap-siap berangkat ke kampus dengan melahap dua lapis roti tawar yang diberi beberapa tetesan vanila yang ia makan di kala pagi. Karena jadwal yang terlalu pagi sehingga Ayu tidak sempat untuk membuat nasi goreng yang menjadi makanan favoritnya.


Sepanjang jalan menuju kampus IPB. Udara begitu sejuk dan terasa dingin sampai-sampai jari-jari tanganku mengkeriput akibat tak tahan dinginnya yang sangat. Bogor merupakan kota yang begitu rindang dengan banyak pepohonan dan suasana begitu teduh. Apalagi jika kampus ini terkenal dengan kampus green. Mentari masih setengah menutupkan dirinya.


***

Sekitar pukul sepuluh Tia memanggilku dengan menandakan handphoneku bernyanyi yang aku simpan di dalam ransel kecil berwarna hitam dengan volume kecil sehingga tidak terdengar dengan keras oleh orang lain.


“ Assalamu’alykum, Yu nanti sekitar jam sebelasan lebih aku sampai di Bogor, kamu ada kuliah ndak siangnya? Kalau nggak ada, ntar kita makan bareng, aku traktir kamu deh.” Bujuk Tia.


“Asyiiik...ditraktir makan, kebetulan aku lagi laper nih Tia.” Kilah Ayu lewat telvon kepada Tia dengan manja.

“ Emang belum sarapan?”


“Udah siihh tapi cuma makan roti doang belum kenyang. Hehe..”


“ Oke siiip, ntar aku ajak kamu ke tempat makan yang paling enak dan oke.” Jawab Tia dengan nada bercanda.

Usai kuliah Ayu langsung menemui Tia yang sudah menunggu lama di kosan sekitar tiga puluh menit sejak ia datang di bumi kampus IPB Dramaga tepatnya pukul dua belas siang. Dramaga merupakan tempat dimana Ayu dan Tia menimba ilmu. Namun bedanya Ayu yang baru saja masuk untuk melanjutkan studi S2 di Departemen Teknologi Industri Pertanian Fateta dan alhamdulillah ia juga mendapatkan Program Beasiswa Unggulan Kemendiknas selama dua tahun. Sedangkan Tia baru saja menyelesaikan studi S1nya di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dengan gelar sarjananya yang ia sandang sebagai mahasiswa lulusan terbaik di fakultasnya dengan indeks prestasi cumlaude, pada wisuda tahap gelombang lima di awal bulan Desember 2011. Alhamdulillah kini Tia telah bekerja di sebuah perusahaan pangan yang terdapat di Jakarta Pusat. Akupun ikut bahagia mendengarnya.


***
Sekitar jam satu kurang sepuluh menit Ayu tiba di kosan “Pelangi Indah” dengan napas terengah-engah saking terburu-burunya dari kampus untuk menemui sahabatnya dan Tia pun menampakan wajahnya yang sumringah nan cerah. Walau langit hari ini tampaknya tak bersahabat, cuaca gelap dan segera membasahi bumi dengan deras. Namun tidak membuat mereka meng-cancel janjinya untuk makan bersama.

“ Duh ma’af yah Yu, aku jadi merepotkan kamu lagi.” Kata Tia sambil senyum memelas.

“ Nggak apa-apa kok Tia, aku malah senang kamu datang.” Akupun membalas senyumnya.

“ Dikirain kamu udah bosen, nggak mau mampir-mampir lagi.” Jawabku sambil sedikit bercanda.

“ Hehe, bosen juga sih Yu, udah ahh...nggak usah dibahas. “ Pinta Tia kepada Ayu dengan uring-uringan. Ada beberapa pengalaman yang membuat Tia bete dengan suasana kampusnya dan ingin jauh-jauh dari kota Bogor atau orang mengenalnya dengan sebutan kota hujan atau petir yang dahsyat. Aku kesini juga ada perlu kok sama kamu.” Ayu mendengarkan keluhan sahabatnya dengan serius.

“ Emmh...baiklah.” Kita berdua saling berpandangan dan saling memahami.

“Ohh...yah aku numpang solat dzuhur dulu yah,”

“ Oke, silahkan masuk.”


Salam Tia dijawab dengan anak-anak kosan “ Pelangi Indah”.

Selesai solat Ayu dan Tia langsung on the way ke rumah makan yang terkenal dengan masakannya yang super enak dan sering di banjiri mahasiswa baik siang maupun malam selalu rame. Rumah makan tersebut dengan nama “Bambu Wangi”. Selama perjalanan menuju Balio, Tia sedikit bercerita tentang daerah Bogor walaupun sebenarnya tidak ingin bercerita lagi tentang kota ini, karena saking sayangnya sama Ayu yang masih awam dengan daerah Bogor, sehingga mau tidak mau Tia akhirnya pun bercerita. Menyesakkan memang kenangan di Bogor selama penelitian. Ayu yang baru lima bulan menjadi orang Bogor harus banyak tahu daerah yang menjadi aktifitasnya dalam keseharian. Terutama daerah sekitar Dramaga yang dekat kampus IPB. Ada beberapa daerah yang terkenal disini, diantaranya Radar, Berlin, Bara 1 sampai Bara 6, Bateng, Pangkot, Balio dan lain-lain.
“Kosan “Pelangi Indah “ termasuk daerah Bara Yu, disini ada makanan khas Bogornya juga. Jadi nggak usah jauh-jauh ke wisata kuliner Taman Kencana atau Ekalokasari, disini sudah cukup komplit. Diantaranya ada doclang, tauge goreng, soto kuning Bogor, lumpia basah, dan masih banyak lagi. Apakah kamu sudah mencicipinya?” Tanya Tia kepada Ayu sambil meninggikan alisnya. Tia berusaha menjelaskan lagi tentang doclang. Doclang itu seperti ketoprak menggunakan bumbu kacang, tapi bumbu sedikit kasar jadi nggak lembut tapi rasanya oke, enak banget deh, recommended terus dicampur dengan tahu dan kentang sumber karbohidrat yang mengenyangkan pas banget untuk sarapan, ketupatnya dibungkus dengan daun patat sehingga khas keharumannya. Harganya pun relatif murah setengah porsi hanya lima ribu rupiah standar uang mahasiswa. Gimana mau nyobain, pasti belum pernah yah?” Tia mengejak dan menawarkan.

“Yuk... kapan-kapan kita makan di sana!” Ajak Ayu untuk makan bareng lagi.
“ Jiaahh...ternyata benar belum nyobain.”

“Gimana sih kosan dekat juga dengan pusat jajanan. Ehh... malah belum ngerasain juga. Uuuhh...payah.”


“ Gue kan anak rajin suka menabung, jadi jarang banget jajan. Hehe...”

Tia masih terus menjelaskan pusat jajanan yang ada disekitar kampus Dramaga yang dekat dengan kosan Ayu. Kalau tauge goreng itu bumbunya dari tauco, tetapi untuk taugenya sendiri tidak digoreng tetapi direbus bersama mie hanya namanya saja tauge goreng. Harganya hampir sama dengan doclang setengah porsi lima ribu rupiah juga, udah bikin kenyang karena ditambah ketupat juga.

“Tapi aku siihh.. lebih prefer doclang dibanding tauge goreng Yu, karena tauge goreng rada sedikit asem rasanya”. Saran Tia kepada sahabatnya.

Sedangkan soto kuning Bogor dibuat dari kuah santan yang dibubuhi kunyit hingga kuning warnanya. Isinya berupa daging dan jeroan. Setelah dilengkapi kecap manis, irisan seledri, bawang goreng, dan daging lalu diberi kuah yang agak panas. Enak banget rasanya apalagi dimakan pas cuaca hujan. “Emm...pasti nikmat.” Di tambah emping goreng juga sebagai tambahan. Selain itu juga ada beberapa cemilan atau oleh-oleh yang sangat khas dari kota hujan ini diantaranya keripik talas, lumpia basah, roti unyil, dan asinan Bogor. “Sayang banget kalau kamu tanpa mencicipinya dan membawa makanan khas Bogor untuk dijadiin oleh-oleh, kalau pulang ke Cilegon.” Tia terus memamerkan makanan khas Bogor.
Tapi untuk asinan Bogor sendiri yang paling enak bisa di dapatkan di daerah BTM (Bogor Trade Mall) tepatnya di Pasar Bogor. Dan dekat pula dengan Kebun Raya Bogor sebagai study wisata. Atau di Ekalokasari sedangkan untuk pusat belanja tas-tas ke arah Tajur sekitar satu jam lebih dari Ekalokasari.


***
“Alhamdulillah prediksi benar hujan datang menjelang senja. Yu kamu bawa payung nggak?” Tanya Tia sambil menoleh ke wajahku.

“ Ada...ada, nih payungnya.” Ayu menyodorkan payung bluenya kepada Tia.
Lima belas menit lagi nyampe di Balio. Akhirnya sampai juga di “Bambu Wangi “ dengan design yang indah dan comfort. Sejarah mengenai saung makan ini ternyata dirintis salah satu dari mahasiswa IPB yang pada saat itu mendapatkan dana hibah untuk berwirausaha sehingga akhirnya bisnis makanan ini berkembang cukup baik. Kita pun langsung ngebooking tempat dan memesan makan yang sudah tersedia di daftar menu makan. Sembari lesehan dan menunggu makanan datang, akupun membuka notebook untuk mengerjakan tugas presentasi besok dengan bahasa inggris.


“ Aku ngerjain tugas dulu yah Tia” Izin Ayu pada sahabatnya.

“ Oke siiip.”

Usai makan akhirnya kita berpisah. Tia pulang ke Jakarta dan Ayu back to kosan melanjutkan tugas-tugas kuliahnya yang semakin hari semakin menumpuk walau terkadang berusaha untuk tidak menumpuk tugasnya. Tapi kenapa selalu menumpuk.


“ Makasih yah Tia untuk hari ini.” Senyum mekar diwajah Ayu.


Tia hanya menganggukan kepalanya sesekali dan senyum.


***
Hari berikutnya adalah tanggal delapan Desember merupakan hari Milad temanku. Dia adalah Kirana Sanggraimita. Biasa di panggil Mita. Usai kuliah Mita mengajak kita pergi makan siang yang pastinya jauh dari kampus sekitar Bogor kota dekat dengan Baranangsiang sebagai pusat terminal antar kota. Alhamdulillah batinku dapat traktiran makan lagi. Kemarin ditraktir Tia, hari ini Mita. Subhanallah rezeki yang tak disangka-sangka datang juga.


Rahayu Tiara Putri nama lengkap Ayu. Baru lima bulan Ayu tinggal di daerah Bogor tepatnya di Bara Dramaga. Ayu dan teman-temannya langsung hangout ke Bogor kota menuju BOTANY SQUARE mall terbesar dan termewah di Bogor dengan jazz merah milik Echa. Hari ini aku, Echa, Nina dan Sisi ditraktir di restoran termahal dan ternikmat oleh Mita. Ini adalah pengalaman baru yang dirasakan Rahayu Tiara Putri karena sebelumnya ia belum pernah merasakan makan ditempat semewah ini. Ini khusus untuk orang-orang yang memiliki duit banyak. Beruntung rasanya bisa menikmati rezeki yang Allah kasih dalam hati Ayu sembari beryukur dengan mengucapkan hamdalah dibalik senyum kecilnya.


Ayu tak henti-hentinya untuk bersyukur kepada yang Mahakuasa. Karena impiannya juga untuk bisa melanjutkan S2 di IPB dapat dilaksanakan sejak harapannya dari tingkat pertama S1 di Untirta. Ayu anak yang rajin dan cukup memiliki prestasi yang dibanggakan selama di kampus S1nya di Untirta Banten ia aktif diberbagai organisasi terutama bidang akademik. Salah satunya ia mewakili kampusnya untuk ikut PIMNAS (Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional) di Malang UNIBRAW. Semoga S2 pun bisa meraih prestasi yang sangat baik lagi. Semoga kesempatan ini yang terbaik dari Allah Swt., untuk masa depanku, keluarga, agama dan bangsa Indonesia. Aamiin Ya Robb, harapnya sambil berkaca-kaca dan menunggu kedatangan keluarganya di Dramaga dua tahun lagi.

Dramaga, 12 Desember 2011





Tidak ada komentar: