Rabu, 09 November 2011

Hadiah Terindah untuk Ratu


Malem Senin aku pulang dari Jakarta usai mencari buku murah yang ada disana. Maklumlah anak kuliahan pengennya yang murah-murah. Tiba-tiba saja handphoneku bernyanyi dengan nada dering Maher zain yang lagi hitz dipasaran dengan judul lagu “ Insya Allah”.


“Assalamu’alaykum Mbak Nisa!” Sapa Sarah dari Bogor.
“ Wa’alykumussalam Mbak.” Jawab aku dengan senang.
“ Mbak, insya Allah Sabtu ini Sarah mau ke Cilegon. Minggu pagi nanti kita ke pantai Anyer ya Mbak. Mbak ada di rumah kan?”
“ Alhamdulillah ada Sarah.”
“ Alhamdulillah, yowis sampai ketemu hari Sabtu ya Mbak!”
“ Oke.” Ditutuplah dengan salam dari Sarah.


Sarah merupakan sahabat Nisa yang tanpa disengaja yang sudah Allah atur dalam skenarioNya. Waktu itu kita sedang mengikuti acara seminar nasional IPTEK di Universitas Indonesia Depok Jakarta. Aku dan Sarah mendapatkan amanah yang sama disebuah organisasi kampus internal masing-masing di bidang Akademik dan kami sama-sama angkatan 2006. Sarah merupakan mahasiswi Ilmu dan Teknologi Pangan IPB. Sedangkan aku mahasiswi Agroekoteknologi UNTIRTA Banten. Kita juga senang menulis, berdiskusi tentang kegiatan keilmiahan di kampus masing-masing tentunya untuk saling memotivasi agar kampus kita ke depan lebih baik dan maju dengan pengembangan potensi akademik yang di miliki mahasiswa umumnya. Banyak pengalaman yang aku alami bersama sarah walaupun jarak jauh yang membatasi kita dengan menghabiskan waktu kurang lebih 5 jaman Cilegon- Bogor tetapi kita saling komunikasi. Aku tunggu dirimu di Cilegon, Sarah! Usai mengingat kenangan bersama.



Mentari bersinar seakan-akan bumi ini nampak girang karena diberi kehangatan yang sungguh luar biasa nikmatnya dengan sang pencipta. Namun rasanya suasana yang sekarang, tak seindah dan sesegar dulu lagi akibat debu berterbangan bersama angin membuat pernafasan ini terganggu dan menjadi penyakit. Kini masyarakat banyak menggunakan masker untuk menjaga kesehatan pribadinya dan meminimalisir debu yang begitu tebal. Begitu dengan Nisa yang alergi dengan debu ia pun menggunakan masker bila keluar rumah. Usai sarapan dengan menu favoritnya roti selai strobery dan susu cokelatnya Nisa beranjak ke kampus dengan Bismillah.


Angkot silver menghampiriku ketika aku berdiri di pinggir jalan raya untuk menunggu angkot yang aku tumpangi. Di dalam angkot aku bertemu dengan teman SMAku. Dia namanya Bagas yang dulu sempat menyukaiku. Anaknya lumayan baik, ganteng, manis, dan pintar. Teman sekelas perempuanku banyak yang menyukainya. Aku pun sejujurnya menyukainya. Akan tetapi aku hanya anggap dia sebagai seorang sahabat. Saking dekatnya waktu SMA dulu, banyak yang menyangka aku pacaran sama dia. Padahal aku punya prinsip tidak mau pacaran. Ehmm, jadi ingat nasihat sahabat. Jangan pacaran dulu kalau belum nikah. Lalu Bagas memulai menyapa sambil melihatkan senyuman tampannya.


”Hei Nis, mau kuliah?” Tanya Bagas dengan sopan dan sedikit nervoues.
”Ya.” Sekilas menatapnya dan kembali menunduk karena malu. He.he.he.
”Pakai masker bagus juga, eh nyaman maksudnya ntar saya ikutan ahh.” Jawab Bagas dengan mengajak bercanda.
” Saya nggak tahan Gas, kalau nggak pakai masker sebab debunya.” Nisa berusaha menjelaskan dengan ramah.
” Emh...Ya sih.” Bagas kembali senyum.
Setelah itu Bagas turun dahulu daripada Nisa. ”Duluan ya Nis.”
Nisa memanggukan kepalanya.


Aku termenung didalam angkot silver menuju Simpang. Disetiap jalanan yang ada baik di kota maupun kampung semua rusak. Akibatnya kemacetan sering terjadi, kebanjiran bila tiba musimnya, parahnya lagi banyak terjadinya kecelakaan. Nisa pun teringat dengan ucapan sahabatnya itu ketika main ke rumahnya di Anyer. Bahwa keadaan Banten saat ini makin parah dan ketidakpedulian pemerintahan Banten khususnya Ibu Ratu. Padahal Banten sedang mengahadapi berbagai masalah yang besar salah satunya mengenai infrastruktur jalan. Lihat saja jalanan di kota besar seperti Anyer yang memiliki potensi sebagai tempat parawisata yang begitu dahsyat potensinya untuk dikunjungi tapi dalam perjalanannya mengalami kendala yaitu jalanan rusak tanpa ada perbaikan segera. Kemudian kota Industri di Cilegon masih ada juga jalanan yang berlubang, hancur yang mengakibatkan banjir tepatnya di daerah pusat perbelanjaan Ramayana Mall Cilegon. Kota Serang pun demikian sebagai ibukota Banten sangat memprihatinkan. Kita tengok Terminal Pakupatan yang ada di Banten seperti tidak terurus dengan rusaknya fasilitas, kumuh dan kotor membuat orang tak nyaman untuk berlama-lama menunggu bus begitu juga bus yang hendak mencari penumpang.


Padahal terminal sebagai pusat perhubungan antar kota dan provinsi namun apa keadaannya, hancur bukan main, seperti bukan terminal melainkan pasar. Bagaimana pun juga ini sudah menjadi kewajiban tugas pemerintah untuk segera memperbaikinya. Jangan hanya kepentingan pribadi saja yang di utamakan dengan papan iklan dimana-mana tetapi kepentingan rakyat tidak diperhatikan. Ini adalah hadiah terindah untuk ibu Ratu untuk segera memperbaiki fasilitas yang ada dan jalanan yang semakin rusak. Kalau dibaratkan kata sahabatku fasilitas dan jalanan ini tak seindah dan semulus dengan wajahmu ibu Ratu! Nisa terus mengkritik. Banten terbilang jalanan yang paling terjelek diantara propinsi lainnya. Sangat miris memang, bagaimana dengan persolan yang lainnya juga seperti sarana dan prasarana pendidikan yang masih kurang perhatian karena masih ada saja sekolah yang beratapkan bocor dengan runtuhnya bangunan, masalah ekonomi dengan banyak pengangguran di propinsi Banten dan kinerja pegawai yang hanya mengisi absen saja, itu akibat kurang kontrolnya dari pemerintahan juga, dan sebagainya.


Bukankah jika infrasturktur jalannya bagus, pendapatan masyarakat tentunya bisa meningkat untuk Banten? Dan setelah pendapatan meningkat, tentunya semua sektor seperti pendidikan, kesehatan juga akan mengikuti? Seharusnya ibu Ratu Banten lebih tanggap lagi dengan persoalan ini. Karena Banten membutuhkan pemimpin yang penuh semangat yang tinggi dengan kerja yang maksimal dan pengorbanan dalam membenahi Banten untuk rakyat. Banten perlu ditingkatkan lagi ibu Ratu. Melihat ketidakpuasan layanan publik membuat masyarakat geram dengan pemilihan Gubernur Banten nanti. Bagaimana Banten ke depan? Apakah akan semakin terpuruk?


Menyedihkan bukan? Semakin jelas bahwa ibu Ratu itu sangat cuek dengan Banten. Seolah tidak ada masalah. Aku jadi malu menjadi warga Banten. Malu dan malu. Apakah kamu juga malu sebagai warga Banten? Apa lagi nanti kedatangan sahabatku Sarah dari Bogor. Hiks..hiks..Sedih menjadi orang Banten. Astagfirullah aku keasyikan merenung Banten. Sudah sampai mana ini? Nisa kebingungan akibat melamun. Kemudian Ibu yang ada di sampingnya bilang.


“Mau kemana Mbak?”
“Mau ke Simpang Bu.” Jawabku sambil tersenyum malu.
“ Owh, bentar lagi Mbak, sedang macet di depan.” Ujar Ibu yang membawa anak kecil.
“ Ya Bu terima kasih.”


Sesamapai di Simpang tepat lampu merah aku turun. Untuk melanjutkan perjalananku menuju kampus tercinta dengan menyambung naik angkot merah menuju damkar. Setelah sampai di Damkar akupun naik bis besar melewati tol menuju kampus UNTIRTA. Perjalanan dari rumah sampai kampus lumayan cukup jauh dan melelahkan apalagi aku lakukan setiap hari seperti ini. Tapi sebenarnya asyik juga karena banyak pengalaman yang aku dapatkan selama di jalan. Senyum mekar di wajahku.


Pukul setengah delapan Nisa tiba di kampus. Di depan gedung perkuliahan masih ada mahasiswa yang nongkrong dengan berjejeran mahasiswa lainnya. Hatinya ngomel sangat. Kenapa tidak nunggu di dalam saja, padahalkan dosen bentar lagi akan segera masuk ke kelas? Nggak jauh beda dengan SMA dulu. Kenangnya Nisa. Semoga hari ini lebih baik dari hari kemarin. Harapnya. Nisa anak yang pendiam, malu, manis, ramah, disiplin dan rajin. Makanya dia tidak pernah terlambat datang ke kampus. Selain itu juga Nisa aktif di dalam kelasnya. Sehingga ia mudah dikenal dengan dosennya. Dia mempunyai harapan suatu saat nanti Banten akan di pimpin dengannya, besar harapannya. Pemimpin yang rela berkorban demi rakyat-rakyatnya.


Senja yang indah. Suasana kampus masih terlihat jelas dan rame dengan mahasiswa yang terlibat aktif dalam kegiatan di kampus. Akupun tersibukkan dengan kegiatanku di luar masjid sambil menjual coklat yang penuh aneka bentuk dan warna-warni sambil menunggu sahabatku Sarah dari Bogor. Sarah dimanakah kamu?



Cilegon Indah, 4 Agustus 2011.

By. Alzena Valdis Rahayu


Tidak ada komentar: