Sabtu, 16 Juni 2012

Kuncinya adalah Bersyukur


              Jam dinding kamarku menandakan pukul tujuh kurang tiga puluh menit aku langsung bergegas menuju stasiun UI Depok, usai menghabiskan dua roti tawar kesukaanku dengan selei strowbery dilengkapi pula segelas susu coklat manis. Aku dengan buru-buru mengenakan sweater marun untuk melindungi dari dinginnya suasana pagi di Dramaga dan tas slempang yang belum di resleting saking terburunya. Alhamdulillahnya barang berhargaku tidak jatuh yaitu Al-qur’anhandphone, dan dompet.
            Agenda berkumpul dengan penulis di Depok tepatnya di Perpustakaan UI baru bersama Bunda Helvy Tiana Rosa. Penulis hebat yang aku kagumi sejak aku duduk dibangku SMA hingga kini dengan karyanya yang luarbiasa menginspirasi banyak orang, salah satu karyanya beliau adalah “Ketika Mas gagah Pergi dan Kembali”. Sebuah cerita inspiratif remaja yang sempat fenomenal di tahun 1990-an. Ceritanya membangkitkan semangat bagi pelajar dan mahasiswa untuk mendalami islam lebih dalam lagi.

***

Sesampai di stasiun Bogor, aku membeli tiket commuter line dengan tujuan Depok. Disepanjang perjalanan aku menikmati pemandangan indah dengan tasbih, dan tahmid. KenikmatanNya yang tak terhingga. Ternnyata nikmat-nikmat yang Allah berikan lebih banyak dibandingkan ujianNya. Sungguh beruntung diriku karena selalu diberikan kecukupan sama Allah walau terkadang aku juga sering banyak melupakan dan mengeluhnya. Astagfirullahaladzim, ma’afkan hambamu ini Ya Allah. Suasana di stasiun sungguh crowdeed tidak penumpang melainkan juga penjual yang lalu lalang memamerkan dagangannya agar dibeli. Begitu juga pengamen yang silih bergantian dengan lagu-lagunya yang cukup populer dikalangan muda saat ini. Sambil mendengarkan pengamen bernyanyi, aku teringat surah Ar- Rahman dengan beberapa ayat yang diulang di dalamnya "Fabiayyi alai rabbikuma tukadziban". Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Salah satu surah yang mengingatkan kita bahwasanya Allah selalu menunjukkan akan kebesaran dan nikmatNya kepada kita yang tak terbatas. Namun kebiasaan manusia seringnya melupakannya. Muhasabah di pagi hari. 
Mengingat kembali kenikmatan yang Allah berikan kepadaku, alhamdulillah aku bisa mengenyam pendidikan di Bogor. Karena Bogor merupakan kota impianku sejak dulu, alhamdulillah disini bisa belajar bersama saudara-saudaraku yang lainnya. Begitu banyak hikmah kehidupan yang aku dapatkan disini. Seperti saat ini di gerbong kereta yang aku tumpangi bersama saudara-saudaraku yang lain diantaranya ada yang hidupnya berkecukupan, kurang mampu, ada yang sehat, sakit, muda, tua, wajah cantik, tampan, hidung mancung, pesek, dan sebagainya makhluk Allah berkumpul disini. Indahnya pengalaman hidup. Hidup ini saling melengkapi satu sama lain. Semua makhluk ciptaanNya pasti memiliki kelemahan dan kelebihan sehingga kita tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain, maka kita dianjurkan untuk saling berbagi, saling memahami, menghormati dengan saudara kita.

***

Pilu sekali ketika melihat seorang nenek dengan berpakaian sopan, mengenakan jilbabnya yang sudah tak rapih lagi dan membawa tongkatnya sebagai penuntunnya ia jalan. Karena pengliatannya sudah tidak berfungsi lagi, subhanallah. Saat itu juga melihat Bapak-bapak yang kehilangan kaki kanannya, anak kecil yang masih ingusan tengah sibuk  mencari uang dengan menjual koran, dan masih banyak lagi yang aku temui disini dengan keadaan yang sangat-sangat memperihatinkan. Tanpa sadar mataku berkaca-kaca melihat kondisi di sekitar. Aku pun memberanikan diri untuk menyapa nenek yang aku temui langsung di dalam gerbong kereta.

Diawali salam dan senyum hangatku untuk nenek tersebut.

“Wa’alaykumusalam Warromatulloh.” Jawab Nenek.

Aku pun langsung menanyakan lebih lanjut kepada Nenek yang saat itu mengenggam erat tongkat yang ia pegang.

“ Nenek mau kemana?” Tanyaku penasaran.

“ Nenek mau pergi pengajian di Bojong Gede Neng.”

“ Masya Allah...sendiri saja Nek?”

“ Ya.” Jawab Nenek dengan tersenyum.

Subhanallah aku jadi malu sendiri. Hiksss, melihat Nenek yang sudah renta dengan jalan saja mesti dibantu dengan tongkatnya namun masih semangat untuk datang pengajian. Kita yang masih muda, terkadang masih hitung-hitungan. Ada yang masih tidak ikhlas untuk datang ke majelis ilmu atau halaqoh dengan alasan masih banyak tugas, amanah yang belum terpenuhi, ada janji yang belum ditepati dan segudang alasan lainnya. Mudah-mudahan kita bisa ambil ibroh dari kisah Nenek ini agar kita lebih bersemangat lagi untuk datang mencari ilmu. Mendekati stasiun Bojong Gede aku menuntut Nenek untuk keluar dari gerbong kereta. Kemudian aku masuk lagi untuk meneruskan perjalananku ke UI Depok.


Kuncinya adalah bersyukur

Jadi teringat kejadian temanku kemarin, apakah temanku itu termasuk orang yang kurang bersyukur, saat dia memiliki handphone dengan feature yang paling lengkap dan keren diantara handphone yang lainnya, sebut saja Blackberry. Ternyata beliau tidak cukup puas dengan handhpone tersebut, akhirnya beliau memburu handphone dengan merk yang sama namun beda tipe. Apa yang terjadi kawan??

 Innalillaahi wa inna ilaihi raaji’uun. Petang itu aku dapat kabar bahwa temanku mengalami kecelakaan di sekitar Mall terbesar di Bogor Kota. Dan yang membuat aku sedu lagi beliau harus diamputasi salah satu jari kaki kanannya akibat kecelakaan tersebut. Sangat sedih dan cukup tidak percaya dengan skenario Allah. Hikmah semua ini adalah bahwasanya, kita harus mensyukuri apa yang kita miliki. Mari kita terus untuk memperbaiki niatan kita dan mensyukuri nikmat yang sudah Allah berikan kepada kita, baik nikmat iman, nikmat sehat, nikmat ilmu, nikmat rejeki dan sebagainya wajib untuk selalu kita syukuri setiap waktunya. Bukankah dengan besyukur maka nikmat kita akan di tambah?

Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmatKu), maka pasti azabKu sangat berat (Surah Ibrahim ayat 7).



Semoga kisah tadi dapat menjadi pengingat kita menjadi pribadi yang selalu bersyukur atas apa yang telah Allah berikan kepada kita. Kisah ini diambil dari pengalaman teman.


Dramaga, 3 Mei 2012











Tidak ada komentar: