Minggu, 17 Juni 2012

Untuk Sahabatku Suci




Persahabatan itu bukan terletak pada pertemuan yang intens

Bukan pula pada manisnya ucapan dibibir

Tapi pada ingatan seseorang terhadap sahabatnya di dalam do’anya



Mentari masih bermalu-malu untuk menampakan sinarnya dibalik pohon mangga yang lebat dengan buahnya dihalaman rumahku, ini pertanda hari masih belum beranjak siang. Namun ku niatkan untuk datang lebih awal ke kampus tercinta yang ada di ibu kota Serang, UNTIRTA namanya. Usai sarapan nasi goreng yang aku buat aku pun siap-siap berangkat. Maklum baru semester pertama aku mesti disiplin, walau sebenarnya jam kuliahku pukul sembilan lebih sepuluh menit Dengan bismilah aku pun beranjak dari rumah menuju perapatan jalan raya. Sesampai di perapatan aku pun menunggu angkot silver menuju simpang. Maklum pagi begini banyak orang yang beraktifitas terutama anak-anak sekolah dengan seragam SD, SMP, SMAnya, serta yang kantoran pun banyak dengan tujuannya masing-masing. Alhamdulillahnya aku berangkat lebih awal jadi tidak takut untuk telat datang ke kampus, senyumku pagi ini. Sesampai di Damkar aku pun berhenti untuk melanjutkan naik Bus menuju kampus.

***

Sepanjang perjalanan aku menikmati pemandangan yang begitu indah di sebelah kiri kaca, pemandangan yang begitu sejuk, dengan penuh warna kehijauan yang menjulang tinggi keatas yang masih keliahatan fresh, sungguh menyenangkan saat aku berada di dalam bus. Langit yang biru pun sangat cerah dan bersahabat untuk tidak membasahi bumi, walau seharusnya turun hujan sesuai dengan prediksi cuaca diberita. Hatiku mengucap syukur atas nikmat Yang telah Allah berikan. Tidak lupa aku pun menuliskan kejadian hari itu di dalam diaryku yang marun dengan penuh coretan warna-warni tinta.

***

 Sesampai di UNTIRTA. Aku melihat banyak orang yang lalu lalang, tepatnya di depan pintu gerbang utama. Namun ada juga yang masih nongkrong dihalte, ada yang sibuk jajan di kantin depan, dan juga ada yang masih santai di depan gedung perkuliahan. Memang benar dunia kampus berbeda dengan dunia SMAku dulu. Fadia termangu sejenak di depan gedung perkuliahan, sempat terlintas akan nasihat orang tuanya. ”Kuliah yang benar ndok jangan sampe kecewain orangtua”. Aku akan buktikan kalau kuliahku ini benar dan kalau bisa punya prestasi segudang. ”Ya Allah kabulkan harapan, cita-cita dan doa orangtuaku ini, aamiin”. Aku pun menjadi semangat menuju kelas perkuliahan yang sudah ada di jadwal agendaku hari ini.

Pukul delapan pas aku mulai masuk gedung kuliah, ternyata ruangannya masih dipakai dengan kelas lain, jadi aku duduk di saung dekat pusda info depan fakultas pertanian, sambil menunggu jam sembilan lebih sepuluh menit aku pun ikut duduk disana. Ternyata beginilah kuliah, aku semakin sedikit tau, gumam hatinya. Ketika mau duduk, aku sempat terkejut ada yang memanggil namaku dari arah belakang, padahal aku belum begitu banyak teman di sini. Aku pun mencari suara itu. Ternyata Azizah teman SMA ku dulu, aku sempat tercengang dengan penampilannya yang sekarang, benar-benar bukan Azizah yang aku kenal selama ini, ia sekarang berbeda semenjak masuk kuliah saat ini. Sepengetahuanku ia anak Rohis, bahkan semua orang sangat admire terhadapanya karena kecerdasannya serta pandai dalam bergaul dengan siapapun. Aku pun sempat dekat dengannya di Rohis. Semoga Allah memberikan petunjuk untuknya.

Sedikit berbincang dengan Azizah ternyata jam orange yang ada di pergelangan tangan kananku menandakan pukul sembilan lebih sepuluh menit berarti aku harus segera masuk ruang perkuliahan dan meninggalkan Azizah yang berubah dengan penampilannya.

”Zizah, aku duluan yah. Assalamu’alaykum!” Fadia sambil terburu-buru.

***

Sebelum dosen masuk ke kelas aku berkenalan dengan teman duduk sebelah kananku. Nama teman sebelahku bernama Kamelia, dia memakai jilbab yang rapih dan memakai rok panjang, aku sangat senang melihatnya dan teman-temanku yang lain juga sangat ramah aku jadi betah di kelas ini. Hari pertama kuliah sungguh menyenangkan. Senyum manisku untuk Kamelia.

Kemudian Kamelia yang berjilbab ungu muda itu mulai mengajakku mengobrol.

” Oya, Fadia, alasan kamu kuliah disini apa sih kalau boleh tau?”

” Mmh, apa yah mungkin karena yang pertama dekat. He..he..he”. Fadia sambil bercanda.

” Ahh, kamu ini bercanda lagi, aku serius nih.”Kamelia tegas.

” Baiklah aku serius.” Sambil menatap Kamelia.

Akhirnya nama lengkap Fadia Zahrah menceritakan sebenarnya kepada Kamelia.

” Niatnya sih sewaktu lulus SMA aku ingin banget kuliah di Kota kembang di UNPAD ngambil Biologi murni, karena sejak SMP aku senang banget pelajaran Biologi, berhubung jauh, jadi aku tidak diizinkan oleh orang tuaku untuk kuliah diluar kota. Menurut beliau biaya hidup disana cukup mahal dibanding disini, jadi mungkin ini sudah jalanku takdirku. Bersyukur saja apapun yang Allah berikan pasti yang terbaik.”

” Aamiin.”

” Berarti sama dong kaya aku.” Sambil tersenyum Kamelia.

”Ada dosennya!” Salah satu temanku yang tadi duduk di luar memberitahu teman-teman yang ada di dalam.

”Ssst !” Kamelia pun memberi kode untuk tidak berisik.

Pembicaraan aku dan Kamelia terputus setelah dosen memasuki ruang perkuliahan.

***

”Baiklah, sekarang Bapak tidak memberi materi tetapi sekarang perkenalan saja dan kontrak belajar.” Pak Dosen itu mulai mencoret-coret papan putih yang ada didepan.

 Usai menerangkan kontrak belajar, pak Dosen dengan kacamata gaulnya itu pun pergi meninggalkan kita yang ada diruangan. Berarti jam kuliah pertama usai.

Kemudian pembicaraan yang sempat terputus dilanjutkan lagi.

By the way, kamu mau masuk LDK tidak?” tanya Fadia sambil melihat wajahnya Kamelia.

Kamelia mengangguk menandakan, dia juga akan ikut.

”Kalau gitu kita langsung kesana saja, gimana?” Ajak Fadia ke tempat Stand LDK.

Aku dan Kamelia juga ingin bertanya-tanya tentang LDK.

”Aku tertarik dengan kegiatan LDK karena saat itu aku juga pernah mengikuti Rohis di SMA jadi kegiatannya bagus tentang keislaman gitu.” Ucap Kamelia.

”Aku juga sudah berniat untuk memperkaya ilmu keislaman disini.” Gumam Fadia. Setelah di depan masjid aku menemukan dua kakak tingkat yang sangat ramah, baik dan meladeniku saat aku dan Kamelia bertanya di stand pendaftaran.

”Baik kalau Fadia dan Kamelia ingin masuk LDK sangat mudah tinggal mengisi formulir ini dan infaq pendaftaran saja.” Teteh itu sambil senyum kecil.

” Ok teh aku dan Kamelia mau formulirnya,” Usai mengisi formulir itu aku dan Kamelia sambil pamitan dengan teteh yang bejilbab coklat muda dan putih bunga-bunga, akupun mengucapkan terima kasih dan langsung duduk diteras masjid sambil menunggu adzan dzuhur berkumandang.

” Terima kasih teh,” aku dan Kamelia meninggalkan stand.

” Sama-sama,” teteh itu tersenyum.

Di akhiri dengan salam.

***

Suara adzan memanggil, pertanda waktu dzuhur tiba, aku dan Kamelia langsung bergegas mengambil air wudhu dan aku pun langsung memakai mukena putih yang ku bawa dari rumah. Di dalam barisan perempuan yang paling depan aku menunaikan perintah-Nya. Usai solat berjamaah aku melihat sosok akhwat dengan jilbab yang lebar sambil tersenyum dengan wajah yang bersinar dan tatapan matanya yang begitu sayu, kemudian aku balas tersenyum kepadanya. Aku sedang duduk santai di dalam masjid selepas berdoa. Dia menghampiriku dengan salam.

”Assalamu’alaykum, namanya siapa?” Sambil menyodorkan tangan kanannya.

”Wa’alaykumsalam. Fadia.”Jawabku.

”Nama Mbak siapa?”Aku balik bertanya sambil menunggu jawaban.

  Dia pun menjawab ”Nama Mbak, Suci,”

” Namanya cantik seperti orangnya,” Fadia memuji.

” Bisa saja nih Fadia. Terima kasih,” Mbak Suci sambil senyum lebar.

” Nama kamu juga bagus,”

” Ohh ya, terima kasih Mbak.”

” Yuk, duluan, Assalamu’alaykum,” Mbak Suci pamitan untuk masuk kuliah.

***

Sejak hari senin kemarin sampai hari jum’at ini aku sudah aktif kuliah. Mata kuliah favoritku adalah Fisiologi Tumbuhan ditambah dengan dosen yang friendly membuatku jadi asyik kuliahnya. Alhamdulillah sudah lima hari ini kuliah berjalan lancar. Bahkan aku punya target untuk dapatin IP (Indeks Prestasi) cumlaude semester ini. Mudah-mudahan tercapai aamiin ya Allah.

 Jum’at sore ini pukul empat lebih sepuluh menit aku mengikuti acara Tekmit MAPAN TA’AT di Mesjid kampus dan esoknya rihlah ke Pantai Anyer. Gerimis pun tiba dengan suasana yang dari tadi mendung dengan penuh  abu-abu, akhirnya butiran-butiran kecil itu menetes ke bawah genting dengan membasahi tanah, aku merasa kedinginan saat itu walau sudah mengenakan sweater. Saat aku memandang ke arah pintu aku melihat sosok yang baru aku kenal. Ternyata aku mengingatnya, dia adalah Mbak Suci.

” Assalamu’alaykum,” sambil bersalaman dan senyum.

” Wa’alaykumsalam, waduh kehujanan nih Mbak Suci.”

” Ya, tadi tiba-tiba saja hujan, pas keluar kuliah,” cerita Mbak Suci yang selesai kuliah sore itu.

” Nitip yah Fadia, Suci mau wudhu”

”Oke,”

Usai solat ashar Mbak Suci langsung mendekati aku dan bertanya. ”Acara MAPAN TA’AT yah?”.

” Benar Mbak ,”

” Jangan Mbak dong, Suci saja kan saya juga baru masuk. He..he” Suci protes.

” Ohh dikirain...baiklah, kalau begitu,” Fadia menatap Suci penuh canda.

By the way, kamu ikut juga yah?” tanya Suci.

”Ya ikut dong...ngapain aku disini kalau nggak ikut. He..he,”

” Mbak Suci juga ikut kan?”

”Insya Allah ikut,” keduanya saling tersenyum lebar.

***



Marun, aku ingin menuliskan sekelumit pengalamanku di kampus bersama sahabat.



Di awal pertemuannya ketika itu, di masjid kampus tercinta sampai hari ini aku selalu tersenyum akan kehadiran Suci sahabat yang paling ia sayang. Indahnya persahabatan yang kita jalin walau amanah yang berbeda namun hatiku tetap selalu ada untuknya, tidak tahu kenapa hatiku ingin berkata aku sangat menyayanginya karena Allah. Dari sinilah aku mengalami perubahan kehidupan cukup drastis kearah yang baik karena kehadirannya, syukurku kepada-Nya. Kadang aku sempat bertanya-tanya dan tidak menyangka atas yang terjadi denganku? aku tetap semangat berada di jalan ini. Jalan cinta para pejuang ngutip kata-kata Ustadz Salim A Fillah. Jalan yang membawa aku untuk selalu mengingat Allah SWT dan mengikuti ajaran-Nya. Sehingga aku pun bisa selalu tersenyum dan bahagia kepada-Nya.

Pertama kali mendapat aduan atas kebahagianku, kesedihanku, kegalauanku, kekecewaanku adalah Suci sahabat yang paling dekat untuk dijadikan berbagi diantara sahabat-sahabatnya yang lain. Fadia selalu meminta saran terbaiknya, walau sudah curhat sebelumnya kepada Allah.

Sahabat yang tulus adalah saling mensuport, saling mendo’akan, saling mengingatkan, saling menyayangi, dan saling memberi apapun yang ia miliki untuk sahabatnya. Tak lupa juga akupun menulis dalam diary kesayanganku merah marun setiap kejadian dan pengalaman bersama sahabat-sahabatku yang lain.

Sahabatku, aku sangat menyayangimu sampai kapanpun dan semoga persaahabatan kita akan terus langgeng. Kau adalah sahabat terbaikku. Semoga Allah mempertemukan kita di SurgaNya kelak. Aamiin.



Keep Spirit and Istiqomah sahabatku!!!



Bogor, 15 April 2012

By. Alzena Valdis Rahayu




















































Tidak ada komentar: