Senin, 20 Agustus 2012

Kenangan di Kota Jogja

Bulan yang lalu tepatnya tanggal 15 Juli 2012 hari ahad saya dan Bulek saya pergi ke Jawa Tengah untuk menengok Embah yang sedang di opname di Rumah Sakit Palang Biru Kutoarjo. Saya dan Bulek sampai di Kutoarjo sekitar subuh dan langsung ke Rumah Sakit. Disana sudah ada Pakde yang sudah semaleman menunggu Embah di Rumah Sakit. Alhmadulillahnya Embah sudah agak baikan ketika saya menjenguknya. Namun tiba-tiba saja Embah jadi lemah kondisinya dan harus dirawat kembali di Rumah Sakit yang ada spesialis jantung. Karena di Kutoarjo dokter spesialis jantung tidak ada, akhirnya Embah dilarikan ke Rumah Sakit Bathesda yang ada di Jogja. Pada hari itu juga saya menemani Bulek, Pakde untuk menemani Mbah yang sedang sakit. Sampai di rumah sakit sekitar Magrib. Saat tiba di Rumah sakit saya tercengang ketika masuk ke rumah sakit itu karena di dalamnya ada patung salib yang malang melintang.
Usai dilarikan ke ruang inap, saya dan Bulek kebingungan karena ruang tunggu yang disediakan untuk keluarga pasien tidak memungkinkan untuk bermaleman di rumah sakit. Jadi saya dan Bulek menginap di rumah Mbak Yayu yang rumahnya tidak jauh dari rumah sakit tepatnya dekat shalter Tegalturi Jogja.


Suasana malam di Jogja terasa berbeda, belum larut malam suasananya sudah terasa dingin dan hawanya tenang tidak berisik dari gangguan kendaraan manapun walaupun tinggal di kotanya. Jogja merupakan kota impian kedua saya setelah kota Bogor. Jogja hampir mirip dengan kota Bogor karena suasananya begitu adem dan jauh dari debu. Trayek angkutan umum di Jogja pun sudah sangat rapih, angkot yang ada sangat jarang yang saya lihat di sini  sehingga tidak macet seperti kota Bogor. Kalau mau kemana-mana di sini menggunakan Trans Joga dengan membayar tiga ribu rupiah. Dulu saya sudah pernah menginjakkan kaki ke Jogja tapi beberapa tahun yang lalu ketika saya masih kecil. Kini merasakan kembali kota Jogja. Mumpung masih di Jogja saya berniat ingin melihat kampus UGM yang terkenal kebetulan tidak jauh dari tempat tinggal Mbak Yayu.

“ Mbak mau lihat kampus UGM deh.”

“ Ohh belum pernah to, Ririn?”

“ Belum Mbak, hiks..hiks.”

“ Kasihannya. Oke besok Mbak anter, setelah dari rumah sakit nengok Embah,”

Saya saat itu girang banget, dan tersenyum lebar karena Mbak Yayu mau menemani saya ke kampus UGM yang terkenal di Jogja sebagai kampus favorite.

“ Oke Mbak maturnuwun,”


Pukul delapan kami berangkat ke rumah sakit Bathesda, dan langsung bertemu dengan Embah. Selepas dari rumah sakit, saya dan Mbak Yayu on going ke kampus UGM. Sekitar pukul sepuluh saya dan Mbak Yayu sampai di kampus UGM dan jalan-jalan yang ada di kampus tersebut dan kami mengunjungi Masjid UGM. Subhanallah indahnya Masjid UGM. Oya di masjid UGM juga ternyata bisa digunakan untuk pesta walimahan loh, karena tersedia untuk fasilitas itu. Hmmm. Masjid UGM terlihat sangat mewah didesain dengan art yang indah. Di sekitar masjid ini pun ada taman dan air mancurnya. Saya pun berfoto-foto di sana, alhamdulillahnya lagi sepi, jadi puas deh foto di masjid UGM, hehe.


Usai melihat bangunan mewah yang ada di UGM, kami berlanjut jalan-jalan ke Keraton Jogja menggunakan Trans Jogja, kemudian turun di shalter Malioboro empat. Setelah itu kami menggunakan becak untuk keliling Keraton, museum kereta raja, dan sekitarnya. Usai itu kami ke Malioboro karena ada yang bilang katanya belanja di Malioboro harganya murah-murah. Emmh, itu sih yang pandai nawar and punya uang banyak menurut saya, kalau nggak bisa nawar dan nggak ada uang tetap saja mahal. Huft.


Malioboro merupakan surga cinderamata karena sepanjang jalanan disekitarnya banyak toko yang menjual pernak-pernik cantik, unik, batik, emas dan permata hingga peralatan rumah tangga ada semua di Malioboro. Oya hampir lupa selain toko yang berjejeran yang ada di Malioboro, ada juga pasar tradisional yang namanya pasar Beringharjo. Suasananya gaduh seperti pasar pada umumnya dan banyak orang lebih interest untuk membeli kebutuhannya di pasar itu, karena harganya bisa ditawar lebih murah. Selain itu juga banyak jajanan makanannya. Puas deh kalau ada uangnya. Hehe. Kalau nggak bawa uang hanya ngiler aja. Hiks.hiks. Sayang banget kalau nggak mampir.


Setelah lihat-lihat batik di Malioboro, kami melanjutkan perjalanan ke Pabrik Bakpia Pathok 88, oleh-oleh khas Jogja. Di sini tempat membuat kue Bakpia dan bisa langsung mencicipinya. Subhanallah banget Pabrik Bakpia, karyawannya ramah-ramah saat saya datangi dan bertanya-tanya tentang proses pembuatan bakpia. Harga memang nggak bisa dibohongi walaupun harga lumayan mahal tapi memang kualitas rasanya sanagt enak. Lagi-lagi kalau ada uangnya puas deh jalan-jalan ke Malioboro – Jogja.


Jogja, 21 Juli 2012


                       



Pusat Oleh-oleh Khas di Jogja adalah Bakpia



Kondisi jalanan di Jogja cukup lancar

Ini karyawan yang sedang buat kue Bakpia, saya langsung datang ke pabriknya.

 Ini hasilnya sudah jadi bakpia

Monomen sejarah Jogja yang dekat dengan Kraton Jogja 

                                            Di Taman Masjid UGM

Tidak ada komentar: