Minggu, 29 Juni 2014

Saatnya Untuk Menikah

Alhamdulillah dibulan suci Ramadhan tahun ini. Bulan penuh cinta, bulan penuh kebaikan, dan bulan penuh keberkahan. Aku sering sekali mendapatkan nasihat pernikahan, masyaAllah indah betul nasihat yang saya dapatkan. Sebetulnya saya ingin sekali berbagi untuk kalian semua, tapi saya bingung mulai dari mana yahhh ceritanya??

Mungkin ditahun ini memang sudah saatnya saya untuk menikah. Hmm.. yahh persiapan demi persiapan sudah aku coba dari mulai membaca buku, artikel, menambah imu dengan ustadz dan ustadzah, sharing dengan sahabat dan sebagainya. Tinggal menunggu aplikasinya aja nih, hehehe. Mohon doanya yahhhh, semoga dimudahkan. Aamiin...aamiin..aamiin :)

Sebenarnya memang pernikahan itu mudah dan berkah. Namun terkadang ada saja ujian seseorang yang harus dilewatinya, dan mungkin Allah sedang menguji hambaNya untuk lebih belajar bersabar karena ketika sudah berumah tangga pun kita tidak selalu yang dikasih indah-indahnya saja tapi ada kalanya ujian rumah tangga pun menghampiri maka sikap bersabar lebih diutamakan. Bukankah begitu saudaraku?? 

Sebelumnya ada ustadz yang telah memberikan nasihat kepada saya terkait pernikahan, beliau bilang ketika ada ikhwan yang ingin serius hendak melamar untuk menikah, maka kriteria memilih calon suami yang sudah ustadz sampaikan ketika itu harus sudah terpenuhi. Dan jangan terlalu terburu-buru untuk menerimanya dan menolak. Karena dalam hadist dijelaskan bahwasanya.
  
“Apabila kamu sekalian didatangi oleh seseorang yang Dien dan akhlaknya kamu ridhai maka kawinkanlah ia. Jika kamu sekalian tidak melaksanakannya maka akan terjadi fitnah di muka bumi ini dan tersebarlah kerusakan.” (HR. At Tirmidzi)

Karena posisi akhwat itu hanya bisa menerima dan menolak. Berbeda dengan ikhwan dia bisa memilih siapa saja yang akan menjadi teman hidupnya.

Oleh karena itu saya harus menimbang betul-betul untuk memantapkan bahwa calon suami saya kelak adalah sesuai dengan kriteria. Kriteria yang saya maksud adalah hubungannya dia dengan Allah itu bagaimana? mungkin dapat dilihat dari segi (agamanya) karena suami itukan dalam berumah tangga pemimpin. Selain pemimpin ia juga adalah pembimbing istri dan keluarganya hingga ke syurgaNya. Allah pun sudah menerangkan pada kita semua dalam firmanNya yaitu:

"Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api nerak" (Qs. At-Tahrim:6)


Kemudian calon suami saya sudah dapat mencari nafkah yang halal dan thoyyib untuk kebutuhan istri dan anak-anaknya kelak, dan terakhir adalah akhlaknya baik dan islami karena sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, “sebaik-baik lelaki adalah yang paling baik, kasih dan lemah lembut terhadap isterinya.”

Bisa diinget kan yahh!!! Nah saya tulis kembali deh rumusnya dalam menentukan pasangan hidup itu kriterianya apa aja :) sebenarnya kriteria ini merujuk pada sabda Nabi SAW yaitu:

Dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, beliau bersabda :“Perempuan itu dinikahi karena empat perkara, karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan karena agamanya, lalu pilihlah perempuan yang beragama niscaya kamu bahagia.” (Muttafaqun ‘Alaihi). Sama halnya dengan akhwat apabila memilih calon suami.


Ada nasihat dari ustadz jika kita menginginkan Rumah Tangga yang sakinah mawadah dan wa rahmah. Bagaimana caranya??? Yuukk kita simak dibawah ini  :)

3 Kewajiban Suami (hak istri):
  • Menjaga diri & keluarganya dari siksa api neraka (Qs. At-Tahrim:6)
  • Memberi nafkah yang halal dan thoyyib
  • Mempergauli istri dengan ma’aruf
3 Kewajiban Istri (hak suami):
  • Mentaati suami di jalan Allah
  • Memelihara serta menjaga kehormatan diri, keluarga, dan hartanya
  • Berakhlak mulia pada suaminya
3 Kewajiban Bersama (hak bersama):
  • Mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah, wa rahmah
  • Bekerjasama melahirkan anak-anak yang shalih dan shalihah
  • Bekerjasama dalam perbaikan ummat (dakwah) 
3 Ukuran Kesuksesan Berumah Tangga:
  • Akidah/ keimanan meningkat
  • Ibadah meningkat
  • Kinerja dakwah meningkat (Qs. Ali Imran: 110)  
(Sumber: Ustadz Achmad)

Nah selain itu juga, saya lagi-lagi mendapatkan nasihat tentang pernikahan. Beliau menasihati saya kurang lebih seperti ini. Ketika sudah memutuskan untuk menikah, bahwasanya nanti bukan semangat menerima saja tetapi harus semangat untuk memberi. Maksud ustadzah adalah semangat untuk memberi itu, agar kita sebagai istri tidak selalu banyak menuntut sama suami. Karena kebanyakan ketika suami tidak memiliki apa yang diinginkan istri terkadang istri selalu menuntut ini dan ini. Padahal kan menikah itu untuk saling melengkapi, saling berbagi dan saling memberi satu sama lain. Bukankah ketika sudah menikah itu saling menguatkan antar pasangan? maka benar nasihat ustadzah bahwasanya kita harus lebih banyak memberi bukan menerima. Selain itu juga ustadzah berbagi tips cara mendidik anak, pokonya tentang bagaimana caranya mengatur rumah tangga yang baik hingga bermasyarakat, subhanallah walhamdulillah siang itu saya banyak-banyak bersyukur sama Allah telah dipertemukan ustadzah yang baik, selain menjadi ibu rumah tangga beliau juga aktif dimasyarakat.

Bogor, 29 Juni 2014
Catatan Alzena Valdis Rahayu



Tidak ada komentar: