Rabu, 16 Januari 2013

Kisahku di Hari Selasa


Simak kisah saya saat pulang dari Bogor ke Cilegon banyak cerita yang ingin saya utarakan di blog sederhana ini. Oke langsung saja. Sepulang ujian dari kampus saya dizzy dan saya pulang terlebih dulu ke kosan alhamdulillah saat itu hujan di Bogor khususnya daerah Dramaga sudah reda, dan saya sempatkan waktu untuk berbelanja kue untuk Papah tercinta dan adik-adikku tersayang :). Oya ada yang mau disampaikan saat saya mengikuti ujian tadi pagi, soal ujiannya berbahasa Inggris semua kawan, tapi ada satu kalimat yang menyentuh pribadi saya sebagai muslimah, tapi ini nggak bahasa inggris dan hanya ini saja yang saya perhatikan pake bahasa Indonesia dengan tulisannya kalau tidak salah seperti ini “ sikap anda adalah cerminan anda sehari-hari” kalau saya maknai adalah bahwa apa yang kita kerjakan atau usahakan mesti jujur entah di saat ujian atau tidak karena kemampuan seorang memang berbeda dan mestinya kita bertanggung jawab atas apa yang kita kerjakan, intinya tidak boleh menyontek saat UJIAN dan Allah selalu melihatMu. Ok! Ayo jujurlah pada kemampuanmu :)
Sambung lagi dengan cerita diawal, saat itu saya berangkat dari Dramaga sekitar jam sebelasan lebih, alhamdulillah sesampai di St. Bogor sudah masuk waktu duhur, oya cuma info aja nihhh St. Bogor sudah mulai rapih sekarang, bersebelahan dengan "taman topi" tapi baru depannya aja, semoga sampai dalamnya juga yahh  Sesampai di stasiun saya bersinggah dulu ke Mushola untuk menunaikan solat Duhur dan solat Ashar di jamak, khawatir diperjalanan macet sehingga tidak ada waktu untuk Ashar. Ketika di mushola apa yang terjadi kawan?? Saya mendapati ibu sedang melaksanakan solat duhur dengan bacaanya terdengar keras, sehingga saya yang disampingnya terasa tidak khusyu melaksanakan solat. Semoga Allah mengampuni saya. Aamiin.
Usai solat, saya langsung menuju gerbong kereta yang sudah datang dan lumayan penumpang sudah pada penuh di dalamnya, saya melihat dengan teliti apakah di gerbong wanita masih ada tempat untu saya duduk? Karena kalau di gerbong yang biasa saya malas karena bercampur dengan laki-laki, jadi saya pelan-pelan mencari tempat yang masih rada renggang duduknya. Alhamdulillah ternyata masih ada tempat duduk yang saya duduki, bersyukur deh saya.
Nah disepanjang perjalanan digerbong kereta api yang nyaman dan membuat ngantuk karena hawanya dingin selepas hujan diluar dan ditambah kereta yang saya naiki ini AC yaudah deh tambah ngantuk. Akhirnya saya beranikan diri untuk bertanya dengan Mbak yang berpenampilan modis sepertinya sih masih mahasiswa, sekedar mengingatkan saya kalau saya nanti turun di St. Lenteng Agung supaya tidak kebablasan ceritanya, hihi, eh ternyata dia lebih duluan turun dari saya dia mahasiswa UI ambil jurusan Ekonomi, otomatis turun di stasiun Universitas Indonesia lah. Yaudah kata Mbaknya ke saya. “Nanti saya bangunkan kalau saya turun di St. UI, Mbak tidur aja, dari St. UI ke St. Lenteng Agung masih dua kali staisun lagi koq”. Yaudah saya nurut dan saya tidur deh he. Enak pokonya tidur di kereta.
Sesampai di St. UI akhirnya saya dibangunkan dan menunggu dua stasiun lagi yaitu St. Pancasila dan St. Lenteng Agung. Alhamdulillah tiba di St. Lenteng Agung saya langsung dapat angkot merah yang bernomor 19 ke arah Pasar Rebo. Sampai di Pasar Rebo saya pun menunggu Bus arah jurusan Merak. Tidak lama kemudian saya pun naik bus arah Merak. Ada kejadian yang tidak saya inginkan saat naik bus kemarin. Bapak Kondektur bilang ke saya,  “ Neng dibantu koq nggak mau yah?” saya cuma diam saja saat itu dan batin saya bicara bukan saya nggak mau di bantu Pak, tapi saya nggak bisa bersentuhan ini prinsip saya untuk tidak menyentuh laki-laki yang bukan mahrom saya semoga saya dapat istiqomah. Aamiin.

Di Bus Ketemu dengan Orang Ambon

Sepanjang perjalanan pulang saya ditemani dengan Ibu yang membawa tas besar yang kebetulan tujuannya sama yaitu Cilegon juga. Saya yang duluan menyapa Ibu itu.
“Ibu mau kemana?” sambil senyum saya.
Ibu itu jawab “mau ke Cilegon Mbak, nengok anak saya.”
“Mmh,” karena masih penasaran saya pun nanya lagi bukan berarti saya kepo loh yahh tapi saya ingin bersahabat dengan ibu ini yang asli orang Ambon dan merantau di Jakarta.
Ternyata setelah diawali pertanyaan demi pertanyaan, ibu itu akhirnya curhat deh ke saya, tentang kondisi keluarganya seperti apa, pekerjaannya gimana, dan sebagainya. Setiap orang yang saya temui dan saya ajak bicara pasti ujung-ujungnya akan menceritakan kisah nyatanya padahal saya orang baru di hadapannya dan bukan kenalan dekatnya. Sepanjang jalan kisah Ibu Ambon ini sangat menyedikan kawan, beliau sudah ditinggal pergi suaminya untuk berpoligami padahal dari ceritanya Ibu yang dikaruniai satu anak ini beliau bertanggung jawab atas kewajibannya sebagai seorang Isteri dan semestinya suaminya membimbingnya karena beliau mualaf, jadi terenyuh dengar ceritanya.

Cilegon, 15  Januari 2013






Tidak ada komentar: