Senin, 10 September 2012

Dia Kirana bukan Dosen


“ Ehhh ada Bu dosen. Masuk...masuk,” Vita mengejek Kirana saat memasuki kelas. Kirana memasang wajah kesal dan mengepal kedua tangannya seakan geram terhadap Vita. Semua orang yang ada di dalam kelas perkuliahan ramai dan terbahak kecuali Rahayu yang selalu kalem dan lembut. Kirana memang berbeda dari teman yang lain, dia cukup pendiam, serius, pintar namun kuper alias kurang pergaulan, pakaiannya pun seperti ibu-ibu, membuat Vita asyik mengejek Kirana seperti Ibu Dosen. Berbeda dengan Vita anak yang gaul, modis, cantik, sayangnya kurang menjaga kalau berbicara, sampai-sampai ada yang sakit hati dengan ucapannya itu, mungkin Kirana salah satunya.
***
Hari Senin merupakan hari pertama masuk kuliah setelah aktifitas weekend. Di hari itu juga lagi-lagi teman sekelasku menertawakan Kirana yang telat. Alasannya sama seperti kemarin-kemarin kabar Kirana kesiangan, sehingga ia baru mempersiapkan tadi pagi. Ajeng berusaha menjelaskan. Perkiraannya sesampai dikampus jam delapan pas, ternyata Kirana terus berjalan seperti orang balapan menuju gedung perkuliahan tanpa mengubris temanya memanggil, melihat disekitarnya sudah pada sepi Kirana cemas pada dosen yang akan mengajarnya hari ini, dia takut tidak diizinkan untuk masuk kelas oleh Bapak Ganteng karena agak mirip Afgan. Beliau dosen muda. Nama sebenarnya pun sama Afgan, Pak Afgan dosen favorite ruang lingkup jurusan Kirana, karena beliau baik dan disiplin apalagi mata kuliah yang disampaikannya sangat menyenangkan, Matematika. Hmm. Masih berjalan dengan gusah-gusuh dan tak melihat kebawah, pandangan lurus kedepan sambil lirik jam tangan kanannya berwarna hitam itu dan sampai didepan kelas melihat temannya yang masih ada diluar, Gery namanya.
“Kok nggak masuk?” Tanya Kirana pada Gery yang masih asyik nongkrong sambil menghisap rokoknya.
“Masuk aja kalau berani?” Jawab Gery dengan senyum kecil.
“Duh gawat, ternyata sudah ada dosennya?”
“Pak Afgan,gitu loh, dosen terdisplin ”
“Gimana yah supaya kita bisa masuk?” Ajak Kirana.
Semua diam, lalu Gery bilang “mau diusir kamu?”
“Ternyata mahasiswa yang ada di ruang kelas tidak semua masuk. Hanya segelintir orang yang sudah ada disana?”ucap Kirana pelan setelah menengok dari pintu. 

“Iya tadi Pak Ganteng masuk setengah delapan kurang, teman-teman yang lain termasuk gue setengah delapan pas nggak berani masuk. Akhirnya nunggu diluar. “ Gery berusaha menjelaskan pada Kirana.
Pak Afgan luarbiasa kedisiplinannya itu, apalagi gaya beliau cukup nyantai dan asyik bila ngajar, dan wajib kita contoh terutama yang sering telat bakal rugi nggak dengerin nasihatnya.
Masih menunggu diluar, Kirana dan teman yang lainnya. Kirana orang pertama yang memberanikan untuk masuk kelas dengan bismilah, akhirnya yang lainpun ikut dibelakangnya.
“Assalamu’alaykum…Ma’af Pak terlambat,” Kirana dengan nada kecil dan menundukan wajahnya kebawah. Mahasiswa yang telat lainnyapun diminta alasannya.
“Sebenarnnya aku sudah datang ontime Pak!” tapi melihat pintunya ditutup, aku nggak berani masuk. Semua yang lain sama alasannya dengan Gery.
“Emang kamu masuk jam berapa?”Tanya Pak Ganteng dengan cukup tegas.
“Setengah delapan teng.”
“Tapi pas Bapak setengah delapan disini belum ada yang datang!” Cuma seginian saja dari tadi, yah kan De?” Bapak menjawab dengan tegas dan sedikit senyum.
Ada Rahayu yang mencoba menjelaskan semua ini.
“Ma’af Pak tadi emang Bapak kecepatan masuknya, seharusnya pukul setengah delapan kita mulai kuliah, tadi bapak mulai jam setengah delapan kurang sepuluh menit, jadi teman menganggap Bapak sudah ada dari tadi dan teman-teman tidak berani masuk karena pintunya tertutup. “ Rahayu menjelaskan penuh benar.
“Apa mungkin jam yang dipakai Bapak berbeda dengan kita?” tambah Rahayu.
“Yaiyalah jam Bapak warnanya hitam, kamu warnannya hijau,?” Bapak sedikit bercanda.
“Baik disamakan.” Perintah Bapak.
“Sekarang pukul setengah sembilan lebih sepuluh menit bukan?”
“Bukan Pak tapi setengah sembilan pas Pak.” Mahasiswa kompak.
“Oh yasudah Bapak minta ma’af!”
Akhirnnya semua pada belajar termasuk Kirana yang beruntung, dengan alasannya yang terlambat.
***
Mentari sudah menampakan senyumannya dihari selasa, aku masih berselimut setelah sholat subuh tadi. Akhirnnya aku bangun sambil menyiapkan teh hangat untuk kedua adikku yang hendak berangkat sekolah dan sambil memasak nasi goreng. Semua buku aku persiapkan untuk kuliah hari ini, aku berusaha misscall sahabatku Vita, agar tidak terlambat kuliah, dia suka terlambat bila tidak ada yang ngingatin. Mudah-mudahan saja Vita sudah bangun. SMS diterima.
Assalamu’alaykum.
Sudah bangun kok Yu. Thx dah diingatin.
***
Pukul setengah delapan kami sudah ada dikelas dan sedang belajar. Tak..tik..tuk..suara kencang sepatu menggangu kami belajar, tiba-tiba Kirana mengetuk pintu dari luar. “Assalamu’alaykum!” Kirana memberi salam dengan terburu-buru lalu duduk. Semua menjawab salamnya. Dan Vita kembali beraksi dengan ocehannya.
“Ibu dosen kok telat sih.” Vita sambil melirik wajah Kirana dengan senyum dan melihat ekspresinya. Padahal sudah sering banget Vita ngejeknnya. Lagi-lagi Kirana diam dan tak berani untuk melawan.
Setiap ada perkuliahan Kirana penuh keseriusan dan saking seriusnya membuat orang ingin jahilinya. Siapa lagi kalau bukan Vita. Vita dengan jahilnya menulis kata dikertas polos pink yang ucapannya. “Saya lapar belum makan dari kemarin!”. Padahal Vita sendiri yang lapar ungkapnnya. Sampai kuliah usai Vita sengaja tidak memberitahu ada kertas yang menempel dibelakang punggung baju Kirana, Roky bilang dengan tersenyum malu “makan dong Kirana, kacian banget sih elo!”
Semua orang yang melewati Kirana berkata yang sama “Kacian banget sih elo dari kemarin belum makan?” Gery sok perhatian sambil tertawa kecil.
Tiba-tiba ada seorang cowok ganteng lewat di depan kelas perkuliahan kami, dengan postur tubuh yang tinggi, hidung mancung, kulit sedikit manis bila digambarkan seperti Ronaldo pemain sepak bola Eropa yang memberitahu bahwa dibelakang baju kamu ada kertas?” Belum mengucapkan terima kasih, cowok itu keburu pergi. Untung saja ada cowok tadi yang baik sama Kirana, kalau enggak disangka aku benaran kelaparan.
“Thanks yah ganteng,” Ucap Kirana katanya.
Kirana tidak mencari tahu siapa yang sudah ngusilin dirinnya dikelas tadi, tapi Kirana sudah tahu jawabannya yaitu Vita anak yang jahil dikelas dan terlalu lebay.
***
Rahayu melewati rumah Kirana sepulang kuliah. Melihat rumah Kirana begitu besar dan mewah, disamping halaman terdapat garasi dengan dua buah mobil merek terkenal tahun 2009. Ternyata memang Kirana anak yang dewasa buktinnya saja dirumah dia sedang mengayomi adiknnya belajar. Aku senang melihatnnya dari kejauhan yang ditutupi pepohonan dan tanaman hias dihalamnnya. Kirana orang yang care dengan kedua adiknnya dan bersahabat, namun sedikit kurang dari penampilannya yang membuat orang ilfeel menedekatinnya. Dandanannya seperti ibu-ibu, mulai pakaian sampai sepatu hitamnnya yang mengkilap dan kacamata yang dipakainya juga seperti orangtua. Ayah dan ibunnya baik, dan sangat perhatian, lebih-lebih Ayahnnya selalu menuruti apa yang dia mau. Subhanallah gumamku. Aku teman dekat rumahnya juga sering diberitahu oleh Ayahnnya tentang informasi lowongan pekerjaan karena aku memang butuh itu.
Aku sempat iri dengan kehidupan Kirana, segala sesuatu dia punya dan dituruti seperti ratu istana didongeng. Kebalikannya denganku. Buat beli buku kuliah saja aku sulit banget sampai berbulan-bulan, merengeknya tapi itu dulu kalu sekarang tidak lagi, dipikir lagi aku memang berbeda dengannya aku anak orang biasa, tapi ku ingin menjadi luarbiasa, yang tak mau lagi menyulitkan orangtuaku, sudah saatnnya aku mandiri. Aku ingin tunjukan pada dunia dengan perbuatanku.
***
Semenjak kejadian kemarin aku semakin semangat dengan azamku tidak akan menyulitkan lagi untuk orangtuaku yang sudah banyak membantuku. Kini saatnya Aku tunjukan kalau aku mampu dan dapat hidup bahagia atas karuniaNya. Aku semakin rajin mensyukuri hidup.
Aku ingin menjadi penulis hebat dan terkenal seperti Mas Golagong penulis novel Balada Si Roy, sehingga aku mulai banyak membaca, seperti koran yang sedangku baca ini Radar Banten, “Beliau bilang jika kita ingin menjadi penulis banyaklah membaca dan banyak pengalaman lalu tulislah kejadian disekitar”.
Mudah-mudahan dengan rajin membaca dan menulis impianku terwujud, Amin. Senangnya perasaan Rahayu yang melihat tulisannya dimuat dikoran Radar Banten. Mahasiswi Untirta ini senang sekali baru kali ini melihat tulisannya di muat di koran lokal. Alhamdulillah ucapnya.

***
Jum’at bersih dari keirian hidup dunia, aku kekampus dengan niat. Vita dan teman-temannya sedang duduk-duduk diluar kelas sambil menunggu dosen Fisika, tak lama kemudian datang Kirana dengan langkah kaki yang lincah seakan buru-buru dan menghindar dari omongan anak-anak yang masih nongkrong didepan kelas. “Gimana tidak seperti ibu dosen? Gaya penampilannya saja seperti ibu-ibu”, Vita dihadapan teman se-genk. Ditambah bentuk tubuhnnya tinggi, gemuk, berkacamata, dress code yang jadul, tas dan sepatu hitam mengkilap membuat orang ilfeel menedekatnnya sehingga banyak yang bilang persis ibu dosen.
“ Tapi bagaimana juga dia adalah teman kita, kamu jangan over dong Vit?”
“ Dia bukan dosen Vit, dia Kirana” Bela Rahayu sahabat se-genk Vita.
“Kamu harus minta ma’af sama dia, apakah kamu sempat pikir kalau itu kamu, gimana perasaan kamu dibilang seperti itu?”
Vita hanya diam dan sedikit menyesal dengan perlakuannya yang berlebihan terhadap Kirana.

By. Alzena Valdis Rahayu


Tidak ada komentar: