Sabtu, 31 Maret 2018

Kontrakan Baru

Pindah ke kontrakan baru ini sudah hampir setahun saya tinggal di kontrakan yang baru. Banyak sisi tidak enaknya saya dan suami serta anak-anak tinggal disini. Bukannya mengeluh tapi memang kenyataan seperti ini. Apalagi saya baru punya 2 bayi. Yang satu usianya kini sudah hampir 2.8 tahun dan satunya lagi mau 8 bulan.

Ahhh dari awal saya tinggal disini sudah ada yang tidak beres dengan lingkungan disini.

Sebut saja tetangga A di depan rumah saya persis depan rumah.  Saya hampir nggak betah diawal-awal pengen pindah  bagaimana sudah terlanjur bayar. Akhirnya kita tunggu sampai 6 bulan sambil mencari-cari lagi ternyata belum juga dapat dan akhirnya sudah hampir setahun.

Oya saya lupa ingin ceritakan kenapa saya bisa kecewa dan nggak betah tinggal disini. Salah satunya adalah tetangga depan rumah saya itu orangnya tidak punya adab berumah-tangga. Bayangkan saja nih ketika sedang adzan berkumandang untuk menunaikan solat tiba-tiba dari dalam rumah terdengar suara musik yang berisik dan keras. Apa sebaiknya yang harus kita lakukan? Menasihatinya? Yes setuju, 
Saya sudah sangat sering menasihatinya dan apa yang terjadi nasihat saya dan suami tidak pernah didengar.

Kedua setiap hari keluarga itu selalu ribut dan bertengkar. Udah seperti di hutan saja mereka tinggal dan tidak ingat kalau ada tetangga yang baru melahirkan.

Saya dan suami sempat heran, ternyata kisah  tetangga depan rumah itu tidak hanya di dunia film ternyata ada dalam kehidupan sehari-hari. Na'udzubillahi mindzalik.

Selain itu juga tetangga depan rumah selalu pulang malam kira-kira jam 23 lebihan dan terkadang menjelang subuh kira-kira jam 3an baru pulang rumah dengan bunyi motornya berisik sehingga membuat orang yang sedang asyik tidur terlelap menjadi bangun. Ujian berat buat saya dan keluarga ketika pindah mendapatkan lingkungan yang buruk.

Akhirnya saya kalau mengajak anak-anak bermain ketempat kontrakan kami yang lama. Dan disana juga banyak anak-anak kecil yang tidak jauh usianya dengan Hamas anak saya.

Yang terpenting saya dan suami sudah berani untuk menegur dan menasihatinya dengan lisan.

Allah SWT berfirman:

اَ لَّذِيْنَ اِنْ مَّكَّنّٰهُمْ فِى الْاَرْضِ اَقَامُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتَوُا الزَّكٰوةَ وَاَمَرُوْا بِالْمَعْرُوْفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ  ۗ وَلِلّٰهِ عَاقِبَةُ الْاُمُوْرِ

"(Yaitu) orang-orang yang jika Kami beri kedudukan di bumi, mereka melaksanakan sholat, menunaikan zakat, dan menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan."
(QS. Al-Hajj 22: Ayat 41)

Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barang siapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, hendaklah dia merubahnya dengan tangannya. Apabila tidak mampu maka hendaknya dengan lisannya. Dan apabila tidak mampu lagi maka dengan hatinya, sesungguhnya itulah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim)

Semoga tahun ini saya dan suami bisa pindah lagi untuk mendapatkan lingkungan yang jauh lebih baik lagi. Atau semoga Allah mampukan kami untuk punya rumah pribadi berkah dengan lingkungan yang baik. Aamiin mohon doanya yahh sahabat blogger 😊

By.  Ririn Rahayu Ummu Hamas dan Haidar

Bogor,  31 Maret 2018

Tidak ada komentar: