Jumat, 02 September 2011

Selamanya Ada Rindu


Malem minggu merupakan malam yang sangat dinantikan setiap orang khususnya anak muda. Begitu pun dengan Resga dan teman-temannya kumpul di sebuah mol yang terbesar di kota Cilegon untuk menghilangkan kejenuhan dari aktifitas biasanya sebagai seorang mahasiswi. Malam yang begitu indah dengan hiasan gemerlap lampu pelangi disepanjang jalan dan canda tawa pun dimunculkan oleh Resga dan teman-temanya yang menunjukan happy-nya saat itu. Semua berpenampilan layaknya seorang selebritas yang ingin disanjung orang, kecuali Resga dengan penampilan sederhananya dalam balutan jilbab yang agak panjang dengan warna cerah, diberi bros bunga sebagai pelengkap yang manis, dan rok rampel panjang kesukaannya membuat dirinya nyaman dan berbeda dari yang lain. 


Sesampai di ”Twenty One 21” pukul tujuh lebih sepuluh menit Resga langsung menuju antrian loket untuk membeli tiket film yang dibintangi personil band Ungu, Pasha dan teman-teman bandnya, dengan judul film ”Purple Love”. Malam itu juga ”Twenty One 21” di banjiri anak muda yang asyik bermalam mingguan bersama pasangannya. Sedangkan aku hanya cukup menikmati malam ini bersama teman-teman terbaikku. Lagian tidak ada ruginya malam minggu tanpa pasangan, yang terpenting bagiku adalah kebersamaan, keceriaan, kenyamanan bersama teman-teman yang membuat hari-hariku bahagia. Aku ingin menikmati masa mudaku seperti ini yang penuh bebas tanpa ada tuntutan dari orang lain kecuali orang tuaku. Mungkin orang yang berpasangan atau pacaran hidupnya akan selalu diawasi sama pacarnya, dan sampai harus menuruti apa kata pacarnya. ”Pokoknya aku gak mau seperti itu, gak bebas” desisku penuh janji.


Resga yang sabar mengantri, tiba-tiba saja dikejutkan oleh sahabat lamanya saat ia SMA dulu. Dia adalah Andini sahabatnya yang selalu menghibur dan menemaninya di saat ia sedang senang maupun duka. Resga tak menyangka dengan kehadiran Andini yang mendadak karena Andini pindah ke Bandung untuk tinggal disana bersama orangtuanya dan meneruskan kuliahnya di Bandung dan malam ini kebahagiaan terpancar dari wajah Resga yang begitu rindu dengan kehadiran Andini. Resga pun memperkenalkan Andini kepada teman-temannya.

  
Usai nonton. Tiba-tiba saja Resga dibuat nangis oleh teman-temannya dihadapan banyak orang. Resga dipermalukan malam itu. Kesalahan Resga tidak membeli makanan ringan untuk teman-temannya saat berada di dalam gedung Bioskop. Teman-temannya sengaja mencari kesalahan Resga untuk dikerjain, karena hari itu Resga ULTAH. Andini pun datang tanpa sepengetahuan Resga karena ia juga ingin memberi surprise untuk sahabatnya itu. Dengan kesalahannya itu Resga diminta untuk nyanyi didepan banyak orang. Resga yang pemalu membuat ia sulit untuk menyanyi di hadapan banyak orang. Akhirnya sekitar sepuluh menit terdiam. Andini yang jauh datang dari Bandung menghampiri Resga membawakan kue ULTAH. ”Met ULTAH Resga” Andini tersenyum manis pada Resga. Disusul ucapan selamat oleh teman-teman lainnya. Resga tidak menyangka hari itu ia dikerjain oleh teman-temannya karena ia tidak hafal hari itu hari lahirnya. Resga pun berdoa dengan penuh bahagia. Setelah itu Resga dan teman-teman berpencar namun Andini tetap bersama Resga. Mereka berdua pergi kesuatu tempat mengingat kejadian bulan-bulan yang lalu sebelum ia berpisah, kenangan yang paling mengesankan diantara kita berdua.



Ceritanya saat itu kita ingin makan sate ayam di kawasan Cilegon dekat dengan Ramayana mol yang terbilang ramai pengunjungnya. Tiba disana kita tidak kebagian tempat duduk, akhirnya kita pun sepakat untuk tidak jadi makan ditempat itu. Namun di bungkus untuk dimakan dirumah bersama keluarga, sambil menunggu pesanan, kita pun duduk-duduk di pinggir jalan sambil mengobrol.

Ketika itu juga datanglah pengamen kecil dengan gitarnya yang sangat mungil, menemani langkahnya kemanapun ia pergi. Lagu yang telah dinyanyikan pengamen kecil itu membuat kita sedih. Reza nama anak kecil itu, ia berusia lima belas tahun dan masih duduk dibangku sekolah menengah pertama kelas tiga dan punya harapan bisa melanjutkan ke sekolah menengah atas untuk mewujudkan cita-citanya menjadi guru. Kita berdua terkagum dengan Reza karena ia dapat mencari uang sendiri guna membantu orang tuanya yang tidak mampu untuk membiayainya tetapi dengan motivasinya yang tinggi Reza pun menjual koran sehabis pulang sekolahnya. Reza menjadi kebanggaan untuk orangtuanya dan lingkungan sekitarnya karena ia dapat membuktikan orang yang tidak mampu bisa menjadi juara di sekolahnya.


Andini dan Resga pun terharu setelah mendengar cerita Reza. Resga dan Andini dapat mengambil pelajaran hidup dari Reza. Bahwasanya hidup butuh perjuangan jika kita ingin mendapatkan apa yang kita cita-citakan tetap bersemangat dan jangan mengeluh dengan keadaan. Aku dan Andini bersyukur karena Allah masih memberikan kesempatannya untuk kita berdua bisa sekolah sampai perguruan tinggi.


Hal yang membuat kita lupa saat itu juga kita keasyikan duduk-duduk dipinggir jalan. Sehingga orang melihat kita seperti orang yang patut dikasihani, akhirnya orang yang lalu lalang memberikan uang recehnya ke kita berdua usai menangis. Kita pun saling tersenyum mengingat kenangan itu.


Cilegon penuh kenangan dan keindahan bagi kita berdua seperti yang aku alami sekarang ini, ditambah cahaya bintang dan bulan ikut menghiasi kota ini, orang yang bermalam mingguan pun memberi keramaian, serta kendaraan yang lalu lalang dengan desingan mesinnya membuat gaduh seperti di ibu kota Jakarta.


Resga berusaha mengingat kepribadian Andini. Begitupun dengan Andini.Dimata Andini, Resga adalah sosok yang sederhana, baik, dewasa, pemalu, perhatian, dan senang menyanyi. Sedangkan menurut Resga tentang Andini adalah sosok yang manja, baik, royal, dan senang shopping. Mereka berdua memiliki sedikit kesamaan dan perbedaan itulah karakter manusia penuh warna. Mereka berdua selalu akur walaupun terkadang ada perdebatan kecil diantara mereka berdua.


”Din..jujur gue kangen banget sama elo.”Resga menampakan senyuman manisnya pada sahabatnya.

”Gue juga kangen banget sama elo Res,” Andini pun membalas senyum.

”Gue pengen kita selalu bersama seperti dulu lagi Din.”Resga dengan menatap sahabatnya penuh harap dan berkaca-kaca.
Di jam tangan Resga yang berwarna merah marun sudah menunjukan pukul sepuluh malam pas. Itu tandanya Resga dan Andini akan berpisah. Karena Andini akan segera kembali lagi ke Bandung.

”Semoga kita bisa bertemu lagi walau jarak yang memisahkan kita insya Allah hatiku selamanya rindu untuk mu Resga.”

Resga mengangguk dan meneteskan air mata dengan penuh deras membasahi wajahnya yang manis. Bus besar jurusan Bandung pun berhenti setelah Andini menyetopnya. Diakhiri dengan salam sambil melambaikan tangannya.



Cilegon, 04 Juli 2011

By. Alzena Valdis Rahayu





































Tidak ada komentar: